Sepekan belakangan jarang hujan. Langit pagi pun cerah. Gunung tampak dari rumah. Semoga salat Ied nanti cuaca bagus.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Bugenvil pagi mengisyaratkan kemarau sudah dekat

Judul di atas sok tahu karena tidak merujuk BMKG. Lembaga itulah yang dapat memprakirakan kapan kemarau akan membakar Bekasi. Saya membuat judul secara impulsif setelah mengunggahkan foto ke Jetpack, aplikasi WordPress di ponsel.

Tadi pagi saat berjalan kaki dari polder, sebelum sampai rumah mata saya tergoda kerimbunan bugenvil di samping tembok rumah tetangga. Mentari dari depan menyilaukan mata, namun sekuntum bugenvil jingga tampak lebih indah. Ponsel saya cabut dari saku celana. Klik. Jadi. Lalu saya bergegas, menuju rumah, sekian puluh langkah, karena kebelet pipis.

Saya bersyukur masih punya keisengan, terutama kalau sendirian, sambil melihat apa saja yang menarik. Kadang saya memotreti apapun dengan ponsel, yang layarnya menggelap jika di luar rumah, tetapi setelah itu banyak jepretan yang saya hapus.

Untuk orang setua saya, keisengan sok kreatif itu perlu. Bahwa hasilnya hanya akan ditertawakan orang, itu bukan masalah saya. Itu masalah mereka kenapa tak menertawakan hal lain termasuk diri mereka sendiri.

Beberapa hari belakangan hujan malas menyapa kawasan saya. Ada bagusnya, setiap pagi lebih cerah. Dari jendela kamar mandi tampak sepotong punggung Gunung Gede — atau gunung lain? Hanya sepotong. Tidak lebih. Karena mata saya terhalang bangunan rumah, rumah, dan rumah. Kalau saya berdiri di bubungan atap rumah saya yang menghadap ke selatan, mungkin punggung gunung tampak lebih panoramik.

Sepekan terakhir ini jarang hujan. Semoga nanti, saat Idulfitri, salat Id juga cerah seperti sekarang, sehingga rumput lapangan kuda tak basah, hamparan tanahnya tak becek.

2 thoughts on “Bugenvil pagi mengisyaratkan kemarau sudah dekat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *