Tulisan pada kertas tempelan dispenser tisu di samping wastafel sebuah museum di Jakarta ini menarik. Tidak tegas melarang tegas orang berboros tisu melainkan mengajak para pencuci tangan untuk berhemat tisu.
Inti pesan adalah memakai tisu seperlunya dan secukupnya, akan bagus jika sehelai.
Tisu, apalagi gratis, bisa mengundang orang untuk berboros sumber daya. Maka Lik Jun pernah berkomentar dalam posting saya sebelumnya, di kedai bosnya, di Solo, Jateng, “[…] selalu ada tisu tapi tidak ditaruh di meja-meja melainkan disiapkan dekat meja kasir. Kalau ada pembeli yang minta, baru diberikan.”
Alasannya, “Pengamatan istri saya, jika tisu ditaruh di meja, pembeli cenderung berlebihan memakainya — termasuk hanya diuntel-untel.”