Pita putih di halaman belakang bengkel

Keterkesanan dan rasa ingin tahu saya tampaknya tak punya pola. Kadang serupa dorongan sesaat.

▒ Lama baca < 1 menit

Pita putih di taman belakang Bengkel Mobil Rinjani Automotive Variant, Bekasi

Mula pertama bersua saya mengira dia rocker. Rambut lurus hitam melebihi tengkuk — ternyata kemudian dia bilang itu sudah dipotong, sebelumnya lebih dari sebahu. Berkaus dan bercelana hitam. Dugaan saya tepat, pasti dia si pemilik bengkel, dengan pelanggan pemilik Mercy dan BMW lawas. Di bagian belakang bengkel ada taman dan kedai kopi.

Ada yang menarik di taman dengan kolam ikan hias itu. Beberapa cabang tanaman hias diikat pita putih. Apa maksudnya? Tak ada kesempatan saya untuk bertanya. Dia sibuk meladeni tetamu, lalu sesekali menyingkir karena ada telepon yang harus dia jawab. Menyangkut pekerjaan.

Artinya pekerjaan yang dia jalani, dan tak ada hubungannya dengan musik. Pertama, urusan bengkel. Kedua, setelah dia masuk ke ruang kerjanya di lantai atas, sebagai konsultan pajak.

Akuntan yang pernah bekerja di perusahaan telekomunikasi Amerika di Indonesia juga bergiat di gereja. Dia barusan selesai menjalani masa jabatan anggota majelis di sebuah Gereja Kristen Jawa di Jaksel.

Tentang dia saya sudah dapat gambaran. Termasuk aktivitasnya di Paguyuban Sugeng yang semua anggotanya memiliki unsur nama Sugeng. Tetapi tentang pita putih saya belum beroleh alasan. Pengundang rasa ingin tahu setiap orang berbeda. Rasa ingin tahu dan keterkesanan saya terhadap sesuatu mungkin kadang aneh, saya sendiri tak dapat menduganya.

Pita putih di taman belakang Bengkel Mobil Rinjani Automotive Variant, Bekasi

Tinggalkan Balasan