Saya sudah lama tahu teh Prendjak namun bukan termasuk penggemar, karena untuk teh hitam tak ada rasa sepet dan wangi melati. Baru sekarang saya tahu bahwa pabrik teh yang itu bukan di Pulau Jawa, misalnya Slawi, melainkan di Tanjungpinang, Kepri.
Oh pantas, teman dan kenalan saya yang dari Sumatra lebih menyukai Prendjak.
Prenjak (KBBI: perenjak) adalah nama burung kecil Prinia familiaris. Di kalangan masyarakat Jawa, kicauannya lebih riuh daripada biasanya saat membuka hari dianggap sebagai pertanda datangnya tamu.
Ketika terbukti ada tamu, tuan dan nyonya rumah mengucapkan basa-basi seragam, “Pantas sejak pagi suara prenjak ramai sekali.” Tetapi kata mereka yang percaya, pertanda itu tergantung di mana si burung berkicau, di depan atau belakang rumah dan seterusnya. Saya tak paham.
https://youtu.be/djSibd-dh8E
Sejujurnya saya lupa bagaimana sosok prenjak karena waktu kecil hanya melihat mereka dari bawah pohon. Kurang jelas. Untunglah setelah saya dewasa ada internet sehingga saya dapat menemukan sosoknya. Ternyata ada lebih dari satu jenis prenjak.
Kembali ke jenama teh cap Prendjak, yang berasal dari Kepri, saya sempat mencari tahu adakah tamsil ada dongeng ihwal burung tersebut dalam kebudayaan Melayu. Sejauh saya temukan laman Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia di Facebook, ada pantun yang menyebut prenjak namun tampaknya kreasi baru.