Lebih banyak mana pesan di WA: Dari japri atau grup?

Kamso sudah jemu mendengar keluhan orang tentang grup WhatsApp. Juga bosan terhadap advis dari dirinya setiap kali ditanya pengeluh.

Pertama: pasif, hanya jadi penonton, pembaca, supaya selalu updated.

Kedua: lebih baik setelah baca isi grup memberikan respons via japri, syukur jika tindakan nyata karena menyangkut permintaan tolong, dari informasi sampai barang dan uang.

Ketiga: keluar dari grup yang tidak bikin nyaman, siapapun adminnya.

“Aku sudah kewalahan, Mas. Ada likuran grup. Ada yang aku udah pamit sebelum keluar, eh salah satu admin masukin aku lagi,” gerutu Bagas Waras.

“Dalam sehari, maksudku dari sampean nyalain hape sampe matiin hape mau tidur, berapa banyak pesan yang masuk, Gas?” tanya Kamso.

“Kalo japri paling sepuluh, kadang malah nggak ada. Nah, kalo dari grup, sehari bisa tiga ratusan, Mas! Tapi ada grup yang aku rikuh sama admin dan beberapa orang berpengaruh di dalamnya.”

Kamso tertawa.

“Satu hal yang aku gagal paham, kenapa ya ada aja isi pesan kayak kopas di grup, buat ucapan selamat yang bagus maupun keprihatinan karena ada yang sakit, dan dukacita?”

Kamso tersenyum.

“Ada juga tuh grup yang isinya penceramah makalah ringkas karya sendiri, bahkan puisi panjang, sama yang asal forward teks panjang dari topik kesehatan sampe politik. Anehnya mereka kayak nggak saling nanggepin. Bahkan yang anti maupun pro-Jokowi pun nggak saling nanggepin, tapi buat yang ini semoga nggak perlu saling reply. ”

Kamso tertawa keras.

“Napa ya, Mas?”

“Gini aja Gas, tanyain itu di grup yang merepotkan sampean. Semoga ada yang nanggepin pake nulis, bukan cuma emotikon.”

“Kalo respons banyak dan panjang, malah aku yang repot!”

¬ Gambar praolah: Unsplash