Niat hati membaca artikel di Historia, bahwa pada zaman Hindia Belanda dahulu hukuman gantung menjadi tontonan, sampai penjual makanan pun mengambil kesempatan, tetapi mata saya terganjal iklan peninggi badan. Maka saya pun penasaran.
Saya klik iklan itu dan sampailah saya pada sebuah laman jualan. Saya menyimpulkan, Mabrem itu ramuan ajaib: cukup dioles bisa bikin badan bertambah tinggi. Saya pun mengagumi sang penemu, yakni Dr. Nurhayati. Nama yang indah dan cocok: cahaya kehidupan.
Tersebutkan, Bu Nurhayati menolak menjual formulanya di Amerika Serikat, dan lebih memilih menjualnya sebagai produk di Indonesia, untuk bangsanya. Sungguh mulia.
Tersebab kagum dan takjub, saya pun ingin tahu lebih banyak tentang dia. Karena menyangkut gelar doktor dalam latar bahasa Indonesia â agak merepotkan karena kapital semua, maka saya menyimpulkannya “Dr”, bukan “dr” â tentu saya ingin tahu almamaternya sejak S1 hingga S3.
Saya juga ingin tahu di rumah sakit mana dia pernah bertugas, karena artikel tak menyebut nama rumah sakit. Lho, kok RS? Dokter dong. Ah, embuh.
Sayang sekali kemampuan saya menggali informasi di internet terbatas. Mencoba membuka ChatGPT, eh ibarat bazar sedang sesak, layanan OpenAI itu meminta saya bersabar menunggu jejalan pengunjung berkurang.
Mungkin Anda dapat mencerahkan saya, menjelaskan siapakah gerangan Bu Nurhayati yang hebat itu?
Oh ya, tentang ramuan ajaib Mabrem itu, saya pun menemukannya di Alibaba. Itu produk Cina. Di BPOM saya cari datanya belum ketemu.
Saya tak menggali info lebih jauh dengan meminta tolong mesin pencari mengidentifikasi foto wajah Bu Nurhayati. Saya akan kesal kalau sampai ada pihak lain yang memasang foto kembaran dirinya, seperti yang terjadi pada foto Dokter Budi Wijaya. Foto kembaran Pak Dokter ada di Shutterstock.
3 Comments
Halah, biar saja dia doktor (atau dokter). Lebih hebat saya dan Paman : mantan doktor (mondok di kantor).
Kalo dia pernah lama mondok di kantor, tetap lebih hebat dia dong ðĪŠ
ð