WordPress bin Automattic telat. Melontarkan pancingan topik ngeblog, melalui Prompts, baru sekarang; bukan dulu saat bloger aktif masih banyak.
Hari ini dalam aplikasi Jetpack, pengganti mobil WordPress, saya lihat ada pertanyaan jika Anda dibiografikan, judul apa yang Anda inginkan?
Baiklah, untuk pertanyaan itu saya menjawab tidak ingin dibuatkan biografi maupun bikin autobiografi.
Saya bukan siapa-siapa. Bukan seorang kapiten seperti kata nyanyian anak. Pun bukan gembala sapi seperti kata lagu pop abad lalu. Misalnya pun saya misuwur kawentar-wentar, atau sudah prominent ditambah well-known pula, kisah hidup saya pasti tak menarik bagi orang lain. Maka marilah membahas hal lain.
Tentang biografi maupun autobiografi, saya membaca beberapa dan tak semuanya khatam. Salah satu penulis biografi yang baik, angkatan jauh setelah Ramadhan K.H., adalah Alberthiene Endah.
Latar kemunculan biografi, sejauh saya tahu, beragam. Ada yang karena keinginan si tokoh, dan ada pula karena keinginan pihak lain, termasuk keluarganya.
Dari sisi teknis penerbitan, ada model bisnis pemesanan. Pihak pemrakarsa maupun pengampu biografi bisa memesan kepada pihak lain. Semacam diborongkan sebagai paket pekerjaan: sejak wawancara, observasi, riset, penulisan, penyuntingan, pemotretan, urusan grafis, hingga penerbitan. Setelah itu seremoni peluncuran biografi terserah bohir.
Bagi pelaksana proyek biografi, yang berstatus perusahaan penerbitan, pekerjaan macam itu tak direpoti urusan menjual buku. Si bohir memborong sebagian, biasanya sih semuanya, untuk dibagikan saat peluncuran.
Apakah saya pernah terlibat sebagai apa pun dalam proyek biografi? Sejauh ini belum. Ini pekerjaan berat. Saya tak mampu.
Salah satu biografi yang saya beli karena impuls, setelah melihatnya di kasir supermarket, adalah Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Group Hero (Nuhajati Kurnia & Wong Tung To, Yayasan Kurnia, Jakarta: 2003). Itulah kisah keluarga Saleh Kurnia, juragan Hero.
Juga tentang pengusaha, autobiografi Joe Kamdani, pendiri PT Datascrip, itu menarik. Dia di usia tuanya bandel, seperti menantang maut di laut. Sila baca Succeed above Success: Berhasil di Atas Keberhasilan (Primamedia Pustaka, Jakarta: 2004). Buku itu dulu saya beli karena iseng, ada obral.
Lalu apa pentingnya biografi dan autobiografi? Banyak, tetapi tergantung kepentingan pembacanya. Maka, maaf, saya memberikan satu contoh tak sopan: saat pekerja media menulis obituarium.
Beberapa kali saya membaca berita obituarium di media daring dan beroleh kesan penulisnya tak membaca buku kisah si tokoh. Mungkin lantaran mengejar tenggat. Ini PR bagi para editor.
¬ Gambar praolah: Unsplash
5 Comments
Sebagian otobiografi yang pernah saya baca, nulisnya yang bagus-bagusnya saja wkwkwkwk. Gak berani nulis yang bagian ndlewer-nya. 😅
Tapi dilema juga sih ya, menulis kelemahan, kekurangan, keburukan, berarti membuka aib, yang mana tidak disarankan.
Ya intinya yang OTObiografi, kebanyakan isinya boring wkwkwk
😁
Ndlèwèr. 🤣👍
Makanya unauthorized biography lebih disukai tapi penulisnya rawan gugatan
Beratnya di mana, sih, Paman, kok bikin Paman enggak mampu?
Ya di mana-mana, apalah kalau dibayar murah 🙈