Gelar akademis itu penting, cara memperolehnya juga

Skandal perjokian dalam pendidikan tinggi jangan dibahas. Kita adalah bangsa religius, berakhlak, berbudaya, dan beradab.

▒ Lama baca 2 menit

Backdrop foto wisuda dengan rak ensiklopedia

Tentang layar untuk latar belakang foto wisuda, yang diijual di lokapasar, ada tiga hal menarik. Pertama: apakah studio foto masih memerlukannya, karena foto rak buku dan foto orang bisa digabung dalam proses digital imaging?

Kedua: kenapa buku dalam backdrop umumnya hard cover, serial, mirip ensiklopedia? Ketiga: Apakah si sarjana, apapun stratanya, selama kuliah juga banyak membaca buku, apalagi saat menulis skripsi, tesis, dan disertasi?

Saya tak dapat menjawab ketika seseorang menanya, “Kalo di luar negeri, undangan kawinan juga mencantumkan gelar akademis?” Saya belum pernah menerima undangan pernikahan di luar negeri, via email maupun WhatsApp, hanya menerima pemberitahuan.

Adapun foto wisuda orang Indonesia maupun orang sana yang pernah saya terima adalah foto di luar gedung kampus, bukan di studio, termasuk foto sekelompok wisudawan melemparkan topi pelengkap toga ke udara.

 Brian May, gitaris Queen, doktor astrofisika
GELAR | Jika memang berhak, gelar akademis boleh dicantumkan. Brian May (75), gitaris Queen, adalah doktor astrofisika, diwisuda pada 2007 saat dia berusia 60.

Kesan saya, masyarakat Indonesia sangat memuliakan gelar akademis. Tak soal sih, kalau memang ijazahnya asli berarti berhak menyandangnya. Kalau punya ijazah palsu, artinya gelarnya juga palsu, itu tak tahu malu, apalagi jika gelar itu dipakai untuk berkarier.

Skandal perjokian pendidikan tinggi sampai ke jurnal

Soal gelar ini saya tulis setelah subuh tadi membaca investigasi koran Kompas tentang praktik perjokian karya ilmiah dalam pendidikan, hingga doktor, bahkan untuk menulis dalam jurnal. Saya tak akan mengulang isinya, silakan baca sendiri. Lebih mengasyikkan bagi saya untuk bicara hal lain dengan tambahan ilustrasi.

Skandal perjokian pendidikan tinggi sampai ke jurnal

Apakah gelar akademis harus dipasang? Dalam dunia akademis sudah pasti, karena menyangkut otoritas.

Gelar akademis dalam kampanye pemilu
PEMILU | Tulisan saya pada 2014. Apakah nanti 2024 para caleg masih pamer gelar kesarjanaan?

Di luar bidang akademis? Boleh dong. Tetapi bisa juga orang yang bersangkutan tak memasang gelar, hanya saja pemandu acara, terutama di kalangan birokrasi, atas nama protokoler harus menyebutkan lengkap.

Dokumen perundangan tak perlu mencantumkan gelar
POLOS | Nama penandatangan dokumen perundangan tak perlu dilengkapi gelar, termasuk untuk menteri pendidikan yang juga mengurusi bidang akademis. Memang sih gelar kesarjanaan Jokowi pernah diragukan namun dibantah oleh almamaternya.

Baiklah, tak ada yang salah dengan memuliakan gelar. Bahwa guru dan dosen yang memasang gelar di luar urusan akademis belum tentu mencintai buku, apalagi di luar bidangnya, biarlah mereka yang menjelaskan.

Skandal perjokian pendidikan tinggi sampai ke jurnal

Ada hal yang lebih utama jika merujuk berita Kompas: apakah semua capaian akademis sejumlah orang ditempuh dengan cara yang beretika dan bermoral?

Skandal perjokian pendidikan tinggi sampai ke jurnal

Menghalalkan segala cara dalam dunia pendidikan bukanlah laku nan luhur. Ini soal integritas.

Saya teringat seorang dosen sebuah PTS, yang pernah menjadi guru SMP dan kepala SMA. Dia tak mau mengawasi ujian mahasiswa fakultas keguruan dan fakultas teologi, karena menurutnya sebagai calon guru dan calon pendeta mereka pasti tak sudi menyontek.

Nurani Ibu Suami terhadap kecurangan ujian SD
NURANI | Seorang ibu dimusuhi karena tak rela, guru sebagai pengawas ujian membolehkan murid menyontek.

Saya juga teringat sebuah SMA putri di Jakarta yang mengharuskan orangtua murid menandatangani surat berisi kesediaan jika anaknya dikeluarkan apabila terbukti menyontek, melakukan plagiarisme, dan membawa mobil ke sekolah padahal parkirnya di pelataran kantor sebelah.

Densus 88 menyerbu ruang guru yang jadi joki ujian
TERLALU | Densus 88 menyerbu sekolah itu terlalu. Tapi kenapa guru menjadi joki ujian bagi murid? Demi konduite?

Baiklah, orang bisa berkilah dengan menyalahkan sistem, karena konduite dan karier, yang berarti imbalan, itu mahapenting. Tetapi tak adakah pertahanan diri terakhir, yaitu diri sendiri dan lingkungannya? Yah, urusannya serupa lingkungan kerja koruptif: orang yang tak ikut akan dimusuhi, bahkan kariernya terganjal.

Saya merenung mengapa akhlak sering diserukan dalam khotbah, kadang bukan sebagai peringatan tetapi seperti rasa syukur, “Karena kita bangsa yang religius, menjunjung akhlak, berbudaya, punya adab.”

Skandal perjokian pendidikan tinggi sampai ke jurnal

6 Comments

junianto Sabtu 11 Februari 2023 ~ 17.49 Reply

Hanya satu kata : ngeri.

BTW kata terakhir dalam konten ini, mungkin lebih cocok huruf d-nya diganti b….

Pemilik Blog Sabtu 11 Februari 2023 ~ 22.55 Reply

Kalo diganti “b” jadi mambu alias bau

AMD 😂 Sabtu 11 Februari 2023 ~ 11.58 Reply

Waduh serem banget perjokian inih 🙊. Semakin suram aja ini dunia pendidikan kita.

Pemilik Blog Sabtu 11 Februari 2023 ~ 22.55 Reply

Soal besarnya adalah realitas masyarakat memengaruhi dunia pendidikan ataukah mestinya dunia pendidikan mewarnai masyarakat?

Tentu saya ingin yang kedua.

Tinggalkan Balasan