Benar, saya waktu masih bocah berusia delapan tahun sangat terkesan, lalu kagum, terhadap kop yang menempel ke permukaan licin karena tekanan udara, seperti disedot oleh bidang yang ditempeli.
Saya pertama kali melihatnya justru bukan pada kaca melainkan dinding porselen toilet. Saat itu di Salatiga, Jateng, keluarga kami pindah rumah, menempati rumah dinas yang sebelumnya dihuni orang Jerman. Kop, atau vacuum suction cup yang tertempel bukan yang bening melainkan dari karet berwarna putih. Itu barang bikinan Jerman.
Saya kagum. Ingin memiliki, tetapi tak tahu untuk apa. Ketika ikut orangtua ke toko, saya secara sembunyi-sembunyi menanya pemilik atau pramuniaga, adakah “tempelan tanpa paku buat tembok” karena saya dahulu tak tahu namanya. Ketika saya bertambah besar, bisa disuruh ke toko ATK dan toko besi, saya dapat bertanya dengan penuh percaya diri, tetapi sayang barang itu tak ada.
Saya lupa apa komentar Bapak terhadap rasa penasaran saya. Lalu akhirnya dalam perjalanan waktu, sudah kuliah, saya bisa memiliki kop, saya tempel di kaca cermin. Saya kini lupa dulu untuk menggantungkan apa. Saat itu, tentu, kop sudah lumrah. Kaca bus dan angkot di ruang kemudi juga menempelkan.
Rasa ingin tahu adalah bagian dari pertumbuhan manusia. Lalu setelah ada internet, dan kemudian lokapasar, soal kop bukan masalah. Terdapat banyak ragam sesuai keperluan.
Anda saat bocah mungkin juga pernah kagum terhadap sesuatu atau malah beberapa benda, lalu penasaran.
2 Comments
Tingkat curiousity anak-anak itu sangat tinggi. Benda sederhana saja sudah bisa bikin suweneeng. Ehehe.
Sampai sekarang masih ada itu kop. Banyak pilihan di Ace Hardware ehehe.
Si ganteng putranya Mbak Uril juga gitu pasti 😇👍