Barusan saya mencuci piring dan gelas, air dari keran terasa hangat. Kalau saja ajang itu sebelumnya untuk makanan berlemak tentu bagus jika diguyur air hangat dari toren.
Cuaca panas beberapa hari belakangan mengakibatkan tanaman pagar, yang tak berakar di tanah halaman melainkan pot, kering daunnya dan luruh sebagai gulungan daun menghitam. Garing mekingking, kata orang Jawa.
Terlalu banyak penguapan menjadikan dedaunan layu, mengering, dan mati. Juluran Lee Kuan Yew yang meranggas menyisakan tabir renggang pada pagar. Kadal dan kodok terakota penunggu pagar yang sebelumnya teralingi daun hijau pun kini tampak.
Saya menduga, berita cuaca saat ini termasuk yang banyak dibaca. Orang ingin tahu apakah hari ini akan hujan, tetapi sambil berharap tak deras sangat apalagi sampai seharian agar tak menjadi banjir. Bagi petani bawang merah dan cabai, juga sayur lainnya, kebun terendam berarti gagal panen.
Orang kota yang tak hidup sebagai petani hanya mengeluhkan cuaca yang tak nyaman, bisa panas bisa hujan, pada saat yang tak sesuai kepentingannya. Saya termasuk itu.
Dalam panas sumuk bersama tanaman gersang, saya bersyukur masih melihat purple heart atau bunga Adam Hawa berbunga, hanya sekuntum.
2 Comments
Begitulah (kebanyakan) manusia : diparingi hujan sambat kebanjiran, terganggu genangan, dll, diberi panas mengeluh sumuk, dll.
BTW Solo juga puanas beberapa hari terakhir ini sehingga malam hari AC di rumah saya nyalakan (biasanya AC sering dimatikan). Sisi bagusnya, cucian bisa kering tiap hari.😁
Nah, cucian dan apapun uang dijemur itu penting.
Di luar kalo bacanya orang pny anak kembar lima, wah gimana soal cucian selain ASI