Dari jalan, tampaklah ruang itu berisi tumpukan pipa besi warna-warni. Oh, pasti steger sewaan itu sudah kena cat. Tentang istilah, saya lebih dahulu tahu steger baru kemudian perancah. Istilah perancah saya ketahui dari iklan baris di koran.
Kita menyerap kata steger dari bahasa Belanda, “steiger” (baca: stèi-khêr), yang dalam bahasa Inggris disebut “scaffolding“. Dalam bahasa kios penyewaan steger di Bekasi, Jabar: sekapoding.
Sebelumnya lagi saya hanya tahu semua tangga, yang bukan berbentuk huruf I untuk disandarkan maupun bukan tangga berdiri berbentuk A, itu dalam bahasa Jawa disebut bè’i — bisa berbahan bambu maupun kayu, atau gabungan keduanya. Bentuk struktur seperti rumah-rumahan.
Secara tidak sengaja (atau sengaja) masnya yg baru kerja tsb mensinkronisasikan hukum GRAVITASI, INERSIA, MOMENTUM, sudut kemiringan media, dan distribusi MASSA yang merata.
Secara sengaja atau tidak sengaja mereka menciptakan "PASSIVE DYNAMIC WALKER". https://t.co/5DWwKTQlTH pic.twitter.com/8snuUJbVTX
— Semesta Sains (@semestasains) December 25, 2019
Kini sudah lumrah tangga dan perancah dari logam. Untuk tangga, terutama tangga lipat, biasanya dari aluminium. Sudah jamak jika kita melihat tukang AC naik sepeda motor membawa tangga lipat. Kenapa? Pelanggan belum tentu punya tangga. Di Barat, konon, kemandirian perempuan dalam urusan domestik sangat terbantu oleh tangga lipat.
Dalam proyek konstruksi, misalnya membangun rumah tinggal, perancah besi kini mudah didapat. Tinggal menyewa. Saya dahulu juga menyewa, tetapi yang melakukan Pak Pemborong Bangunan. Tetapi untuk pekerjaan kecil, tukang saya cukup bikin steger darurat dari kayu.
Lalu apakah perancah bambu sudah usang? Kota yang padat pencakar langit macam Hong Kong masih memakainya.
One Comment