Apa boleh buat jika blog ini dituding telah menyebarkan gambar cabul. Kenapa saya menulisnya? Karena melihat foto pangkal meriam, yang dijuluki si Jagur, dalam iklan daring afrodisiak.
Tentang si Jagur sila baca penjelasan salam laman Indonesia.go.id yang dikelola oleh Kemkominfo. Situs pemerintah saja boleh membahas, maka blog pribadi warga juga boleh, kan?
Perihal manus obscena atau si jari cabul, atau fig sign, sila Anda cari sejarahnya. Nyatanya meskipun meriam kuno itu ada di ruang publik, halaman Museum Fatahillah, Jakarta, semua anak tahu bahwa simbol jempol terjepit telunjuk dan jari tengah bukan untuk ditirukan di depan orang lain. Tidak sopan. Itulah pendidikan yang mendewasakan anak.
Unjuk posisi jari macam itu bisa bikin terperangah dan jengah. Belasan tahun silam, pada suatu malam, saya dan istri mengudap di warung tenda chinese food, Jalan Hayam Wuruk, Jakbar. Di dekat warung, seorang perempuan dengan pakaian kerja dan tas tangan berdiri, seperti menunggu taksi.
Saya tak memedulikan karena tahu siapa dia. Saat itu saya masih berkantor di Kota. Mendadak istri saya kaget, lalu mencolek saya, karena perempuan itu memberikan tanda Jagur, dengan tangan menempel perut, dan lengannya tertutupi tas, jika tersorot lampu mobil pribadi dan taksi.
Soal hiasan ala Jagur ini memang bisa kontroversial. Di Etsy misalnya, ada anting dan liontin Jagur. Siapa pun yang mengenakan, jika ditanya, harus bersiap menjelaskan maksudnya.
Kali soal iklan afrodisiak itu? Misalnya berupa foto tangan manusia, seperti di Wikipedia, mungkin akan diprotes pembaca. Tetapi, karena mungkin hanya berupa foto ornamen meriam, gambar dalam iklan itu aman.
Eh, atau jangan-jangan khalayak ramai dan sepi malah tak peduli. Cukup klik tanda silang, lenyaplah si iklan sembulan.