Keluarga kucing dalam kardus di jalan

Membuang induk kucing beserta empat bayinya ke pinggir jalan. Siapa yang mesti bertanggung jawab? Perlu solusi yang berperikehewanan untuk mengatasi kucing liar.

▒ Lama baca < 1 menit

Nasib keluarga kucing yang dibuang

“Itu pasti dibuang, Pak,” kata seorang pengasuh balita sambil menuntun momongannya ketika melihat saya menepikan sepeda, pagi sejuk tadi. Di pinggir got ada sebuah kardus berisi seekor kucing dan empat anak. Salah satu anak sedang menyusui induknya.

Saya bukan penyuka kucing, tetapi melihat pacaran wajah si induk saya tak tega. Saya bingung. Ini bukan wilayah saya. Saya pun tak ingin mengadopsi. Mau menghubungi relawan terdekat, saya belum tahu siapa.

Saya hanya berharap akan ada yang mengurusi. Biasanya ada warga yang mengurusi kucing, memberi makan, bukan memelihara di rumah. Kalau ini di wilayah saya, infonya bisa langsung saya bagikan ke grup RT di WhatsApp.

Masalah kucing liar, atau kucing piaraan yang akhirnya ditelantarkan, adalah kebuntingan dan kelahiran karena tak ada sterilisasi. Tapi siapa yang akan menanggung biaya sterilisasi kucing gelandangan? Apa pemkot dan pemkab mau mengerahkan aparat ke lapangan, bukan menunggu warga mengantarkan kucing liar ke dokter hewan? Soal beginian tak ada dalam janji kampanye pilkada. Pemilih yang usul mungkin juga tak ada.

Soal kawin tentu naluriah, sesuai kodrat. Melahirkan anak juga. Tetapi untuk satwa kita tak dapat minta pertanggungjawaban si jantan, apalagi lebih dari satu, lalu menyalahkan kenapa mereka hanya bisa menghamili, bahkan lebih dari seekor betina.

Kalau nanti siang si kucing masih ada, saya akan mencari adopter dengan info titik di peta.

Nasib keluarga kucing yang dibuang

Sejauh ini bisa mengecoh kucing

Mengusir kucing liar dengan memanfaatkan kumisnya

Tinggalkan Balasan