Sudah dua kali saya membaca stiker pada bagian bawah kursi bakso merah ini. Pertama, saat membeli beberapa tahun lalu. Kedua, tadi pagi ketika akan menurunkan kursi yang saya jungkir.
Eh, ini kursi bakso atau bangku bakso sih? Di lokapasar kedua istilah itu dipakai, malah ada yang menyebutkan “bangku/kursi bakso” dan “kursi bangku bakso”.
Ada yang menarik dalam label itu. Yakni daya tahan terhadap beban maksimum dan larangan menjadikan kursi sebagai pijakan berdiri. Ada juga tanda tera waktu produksi. Sila amati gambar pertama.
Maka pertanyaan saya apakah semua konsumen peduli info itu sejak akan membeli barang atau saat melihat etalase di lapak daring?
Pernah saya hampir jatuh karena kaki kursi bakso, semuanya dari plastik mirip ember, tiba-tiba meleyot. Dalam kesempatan lain saya pernah terjengkang karena kursi berpunggung, juga dari plastik ember, di warung bakmi tiba-tiba limbung karena tak menapak kokoh di atas lantai licin berminyak — ya seperti lantai dapur.
Untunglah bakmi rebus belum terhidang. Kalau sudah di meja, dan saya sedang menyantap, bisa jadi bakmi dan kuahnya akan mengguyur saya. Pemilik warung merangkap kasir di dekat saya hanya melihati peristiwa itu. Saat saya hardik, dia dengan tenang bilang, “Emang suka gitu, Oom.”
Mungkin kedua warung itu tak peduli sifat dan daya tahan setiap model kursi plastik. Yang penting murah. Lalu akan berpikir ketika misalnya ada pengudap yang gegar otak memperkarakan secara hukum.