Separuh akun WA tak bergambar wajah sendiri

Kamso belakangan rajin menanya Kamsi, istrinya, yang lebih aktif dalam suatu komunitas besar, tentang nama banyak orang dari grup WhatsApp beranggotakan 220 orang lebih.

“Oh, kalo ini Mas Samiun. Di WA pake nama Roger Dean,” kata Kamsi.

“Lha dia pake topi, kacamata item, lalu masker, aku nggak bisa ngenali,” kilah Kamso.

“Padahal itu foto dia sendiri. Mas aja yang kurang perhatian sama orang. Padahal mereka tahu nama kita.”

“Lha ini cuma ada nomor, tapi ada wajah. Kayaknya aku tau. Ini Bu Susan. Walah banyak yang tanpa nama. Malah banyak yang kosong tanpa gambar wajah, tanpa nama. Gimana aku bisa identifikasi, Jeng?”

“Pake kebatinan, dong. Liat gimana orang lain reply pake nyebut nama dia.”

Kamso terus menyigi grup. Kamsi asyik menonton video masak. Akhirnya Kamso selesai, lalu meletakkan ponsel di meja.

“Udah kenal semua sekarang, Mas?” tanya Kamsi.

“Belum. Aku simpulkan, separuh orang pake profil bukan wajah sendiri. Ada yang gambar kembang, kucing, kapucino, tokoh sejarah, emblem lembaga, headphone, sepeda, durian, lonceng Natal…. Maksudnya apa ya, Jeng?”

“Jangan tanya aku dong, Mas.”

“Oh ya, ada yang suka masang pose sekeluarga entah di pantai entah di kota mana, lha kan wajah mereka jadi kecil-kecilnya, nggak keliatan.”

“Halah gitu aja dibahas.”

Lantas Kamso mengambil ponsel. “Liat nih, akun Pak Willy Klobot. Dia itu yang tiga bulan lalu nikah sama Bu Sri Capcay, kan? Lansia duda dapat lansia janda,” katanya.

“Ceritain aja napa. Aku males nengok, Mas.”

“Ini Pak Willy masang foto dengan almarhumah Bu Willy.”

“Mungkin lupa ngganti. Emang napa?”

“Lha akun Bu Sri masang foto dia sama almarhum Pak Budi Filter, suaminya yang dulu. Padahal Pak Willy dan Bu Sri sekarang kan suami istri, pengantin tua tapi baru. Masing-masing pasang foto dengan pasangan yang sudah meninggal.”

Kamsi segera bangkit dari sofa, “Coba liat. Sayang kalo pake hapeku. Tumben Mas jadi suka gibah.”

Lansia kok nikah lagi

¬ Gambar praolah: Unsplash