Berita keberadaan Jack Ma, juragan Alibaba, sudah tersiar di kabar daring kemarin, lalu versi cetaknya di koran Kompas hari ini (1/12/2022). Karena saya tak punya akses baca ke Financial Times, saya tak tahu apakah sudut pandang dari sisi pemilikan ponsel dan akun media sosial itu disebut di sana.
Menulis berita yang memikat, tanpa menjebak pembaca karena lain judul lain isi, dan tak berputar-putar, dengan bahasa yang jernih, itu semua orang merasa bisa. Terbukti atau tidak, tergantung pembaca. Nyatanya ada pembaca yang doyan berita mbulet dan ngaco dengan bahasa buruk. Namanya juga selera.
Dari mana pun sumber pendekatan, dari berita rujukan ataukah kreativitas editor Kompas, bagi saya soal jumlah ponsel yang miliaran di Cina dan Jepang itu menarik. Masa sih nggak ada Ma?
Bisa saja. Itulah enaknya punya duit, dikelilingi orang-orang tepercaya pula — sejak pengawal, asisten, akuntan, pengacara, hingga dokter pribadi, hingga sahabat sejati — yang bisa melindungi dirinya.
Oh ya, satu lagi: jangan suka menunjukkan diri di media sosial.
Soal lain? Kita andaikan Ma orang bebas. Berbeda dari Pangeran Mohammed bin Nayef dari Arab Saudi, yang tak jelas keberadaannya setelah Pangeran Mohammed bin Salman mencopot gelar putra mahkota dan menggantikannya.