Kadang Anda diuntungkan oleh jam karet, atau disingkat ngaret, namun untuk kesempatan lain Anda dirugikan. Maka sebagai orang Indonesia Anda, eh kita, oh saya, kudu pintar menempatkan diri.
Kita akan tepat waktu kalau keterlambatan berkonsekuensi serius. Misalnya pergi naik pesawat dan kereta api. Juga takut terlambat masuk sekolah, karena jika sekolahnya genah akan mengunci gerbang.
Untuk urusan lain tanpa konsekuensi berat, misalnya acara RT dan reuni berupa reriungan, kita sangat luwes. Pasti ngaret. Ketimbang bengong datang tepat waktu mendingan ngaret, bukan? Bukan.
Apalagi untuk acara lain yang kita tahu bakal ngaret, ditambah kita merasa datang tak menambah pulang tak mengurang. Tak ada yang kenal kita pula. Maka kita sengaja tiba telat, langsung bersua pengundang, lalu pulang. Lebih hemat waktu.
Bagaimana di tempat kerja? Tergantung kultur kerjanya yang mau tak mau juga tergantung bosnya. Kalau memang ada adat rapat tepat waktu, semua akan menurut. Orang telat, apalagi tak memberi tahu, itu tak menghargai orang lain peserta rapat, apapun posisi si orang terlambat.
Pernah seorang pemred majalah setiap kali rapat mingguan pukul sepuluh maka pukul sembilan lima puluh sudah duduk di ruang rapat. Begitu teng pukul sepuluh rapat dia mulai meskipun hanya ada sekretaris dan redpel.
Alasannya, “Ini bukan angkot di kompleks saya yang berangkat setelah empat di kiri dan enam di kanan penuh, lalu depan terisi.” Maksudnya penuh penumpang.
Maka dia menetapkan rapat tak mengenal kuorum, “Karena ini bukan DPR, bukan partai, dan di kantor kita nggak ada demokrasi. Keputusan rapat yang saya pimpin mengikat semua orang. Saya ditunjuk oleh BOD, bukan kalian pilih. Kalo nggak puas silakan bikin mosi nggak percaya.”
Jangan telat apalagi melanggar tenggat. Maka setiap awak redaksi yang pekerjaannya telat akan didenda. Demikian keputusan para awak. Maka setiap malam tenggat naskah jika pukul tujuh pemred belum sampai kantor, misalnya karena dipanggil BOD, para awak girang. Bakal ada martabak telur dan martabak manis cap Holland.
Apakah jam karet Indonesia terkenal? Menurut saya tidak. Tetapi aneh juga sejak 1980-an ada band progrock instrumental Amrik bernama Djam Karet. Saya tahu band itu 1990 dari iklan CD di majalah Musician milik perpustakaan kantor.
Perihal nama band, menurut keterangan dalam situs, “They chose as the band’s name an Indonesian word (pronounced ‘jam care-RAY) that translates loosely as ‘ elastic time’.”
Band itu kurang dikenal di Indonesia. Mungkin karena lagunya tak ramah radio maupun MTV. Latar personelnya dan adakah hubungannya dengan Indonesia, saya pun tak tahu. Namun dalam sampul single The Trip (2013) ada teks “Djam Karet: Itu Perjalanan. Keluar dari pikiran Anda.” Hanya berisi satu lagu berdurasi 47.08 menit. Entah siapa yang betah menyimak. Kalau diputar di radio, penyiar bisa keluar makan ketoprak lalu kembali ke studio dengan santai tanpa takut telat. Harap diingat, penyiar selalu tepat waktu sesuai jadwal siaran.
Andaikata proses rekaman dan penanganan pascarekam selalu ngaret, entah berapa lama lagu ini dibikin, tanpa menghitung latihannya.
Tetapi, nah… di Madura juga ada band D’Jam Karet. Melihat wajah personelnya, tampaknya band ini lahir setelah Djam Karet Amrik. Yang pasti jam karet telah diabadikan dalam musik.