Ada sedia cermin dan gambar, bukan untuk DPR

Dia berkeliling menjajakan cermin dan gambar dalam pigura. Apakah setiap hari ada pembeli?

▒ Lama baca < 1 menit

Penjaja cermin dan gambar terbingkai

Mendung sudah memberati udara atas, sebentar lagi hujan, dan dia berjalan cukup cepat sambil menghela gerobak berisi dagangan. Ketika cuaca cerah, cara berjalan dia juga lebih cepat daripada umumnya pedagang bergerobak. Demikian pula cara dia menawarkan dagangan tanpa berseru, cenderung datar, “Bingkai. Bingkai.”

Tumben barusan saya dapat membekukan kelebatan lelaki yang sudah sekian tahun, rasanya sih sepuluh tahun, sering lewat depan rumah saya menjajakan cermin terbingkai dan gambar dalam pigura.

Saya tak tahu harga jualannya. Belum pernah saya membelinya, cermin maupun gambar. Berkomunikasi dengannya saya juga belum pernah. Dia melintas dalam gegas. Maka saya tak tahu apakah setiap hari ada orang membeli cermin maupun gambar Ka’bah, lukisan kaligrafis Arab berwarna keemasan dan keperakan, serta potret ulama.

Tentang penjual cermin, saya selalu ingat mereka yang menjual cermin di depan pagar Kompleks Parlemen, Jakpus, pada awal Reformasi. Karena sering didatangi demonstran, gerbang utama kompleks itu pun ditutup, para wakil partai masuk dari gerbang belakang.

Waktu itu saya menganggap penjual cerminan di sana meledek anggota DPR: “Becerminlah wahai wakil rakyat!”

Tetapi para wakil rakyat lebih memilih berkelit dari cermin. Mereka suka main belakang. Sayang di gerbang belakang tak ada pelantang suara dengan sambutan lagu Koes Plus: “Mari mari oh, berterus terang oh. Jangan lewat oh pintu belakang.”

2 Comments

Junianto Rabu 2 November 2022 ~ 23.45 Reply

Gerbang belakang itu, saya sering melewati, kadang naik motor kadang berjalan kaki dari kantor di Palmerah, antara 1988 – 2004.8

Pemilik Blog Kamis 3 November 2022 ~ 14.47 Reply

Ada gerbang untuk mobil, ada pintu kecil untuk pejalan kaki, di sebelah pos polisi

Tinggalkan Balasan