Sudah pukul empat sore lebih sedikit, langit bermega kelabu tipis, pekerjaan (di) rumah tahap satu baru beres. Selesai menyeka keringat dengan handuk kecil saya pamit istri, “Aku ke jalan di belakang, sepuluh menitan.”
Setibanya di tujuan, depan pagar Mas Syn yang tadi pagi menunjukkan mahkota duri presto, kembang yang saya sasar sudah mekar. Tadi pagi bunga Mirabillis jalapa ini masih kuncup.
Begitulah. Pagi kuncup, sore mekar. “Nanti sore kembang ini mekrok, Pak,” kata Mas Syn.
Oh, saya teringat parikan Jawa ésuk dhêlé soré témpé. Kalau sebaliknya, dari tempe menjadi kedelai, hanya mungkin dalam video hasil penyuntingan. Sayangnya tamsil fermentasi tempe itu bermakna buruk: mencla-mencle.
Untunglah Bobo tak menyebut bunga ini mencla-mencle melainkan, “Bunga ini selalu tepat waktu. Ia tak pernah terlambat mekar jika waktunya tiba. Hmm… jangan-jangan bunga ini punya alarm!”
Kalau tempe tergantung mulai jam berapa kedelai diberi ragi. Bisa pagi bisa malam.
Soal kedelai dan tempe sudah terkatup. Lalu apa persoalan saya? Tidak ada. Misalnya Anda menduga satu hal ini, saya akan membenarkan. Belakangan saya sering memotret bunga dengan alat dan kualitas sekadarnya, lalu memostingkannya, seperti penggemar baru dalam hal apapun yang mudah terkesan oleh hal yang bagi orang lain biasa, bahkan tak penting. Tipikal cah anyaran, newbie. Dibelit melit.
Nanti, juga besok, apakah saya masih akan memostingkan kembang dan daun? Entah. Yang pasti saya penyuka tempe, dan paham bahannya dari kedelai.
Oh ya, saya belum memosting tanaman kedelai yang belum dikunyah keledai maupun bagal.
Tabik.
5 Comments
Alias kembang politikus….
Poli berarti banyak. Politikus berarti….
Berarti banyak tikus.😁
Kalau politisi berarti banyak tisi.😬
Kalo poliklinik dan politeknik?
Waduh, apa ya….