Begitu duduk di rumah ibadat, setelah berhening diri maka mata saya tergoda lengkungan pada permukaan punggung kursi di depan. Saya memasukkan tiga jari ke bibir lengkungan itu. Buntu. Ternyata bukan kantong. Pagi tadi masih sepi, ibadah akan dimulai 50 menit lagi. Semoga tak ada yang memergoki laku impulsif saya.
Ada yang tak beres dalam diri saya. Kursi sebangsa Chitose, Futura, dan entah apa lagi itu bukan benda baru. Semua orang tahu tak ada kantong ponsel di punggung luar kursi. Kenapa tiba-tiba saya punya dorongan memasukkan jari karena berharap bisa menaruh ponsel?
Saya membayangkan, misalnya ada kantong ponsel pada punggung kursi maka…
- Harus tipis, hanya pas ponsel paling besar yang ukurannya di bawah tablet mini — tidak rua (Jawa: rowa), tidak roomy, tidak seperti kantong punggung jok mobil
- Wadah tipis tak mendorong orang untuk memasukkan benda selain ponsel
- Wadah tipis tak mengganggu lalu lintas orang yang berjalan dari dan ke tempat duduknya
- Jangan menjahitkan kantong pada permukaan punggung kursi agar tak repot membersihkannya
- Penggunaan kancing tekan besar maupun rivet pada kantong dan punggung mungkin bisa menjadi solusi, atau bisa menggunakan pelat sebagai bracket
Ada ide lain? Konon sebagian kreasi dimulai dari keisengan saat menemukan masalah. Belum tentu aman sih. Misalnya kursi berkantong ada ponselnya itu ada di layatan atau resepsi, ponselnya berisiko cepat ngumpet tetapi bukan amblas ke dalam rongga di dalam punggung kursi.
Catatan: pada kursi panjang kayu, soal ponsel dan lainnya tak masalah karena punggung kursi di depan punya ambalan