Konon nama wilayah Mangga Besar (Mabes), Jakbar, berasal dari pohon yang berbuah mangga besar (atau pohonnya yang gede?), entah mangga jenis apa. Hari ini saya dapat hantaran mangga berukuran besar, beratnya 1,4 kg, panjang sekitar 22 cm, garis lingkar bagian tergemuk sekitar 36 cm, entah jenis apa. Si pemberi tak tahu namanya. Mangga jenis ini, kata si pemberi, kalau belum matang enak buat rujak.
Tentang toponimi, ada Mangga Besar dan ada Mangga Dua (Mangdu). Nama yang kedua itu, di Jakpus, konon bermula dari dua pohon mangga ketika Batavia belum dijejali kampung padat.
Mangdu itu di Jakpus atau Jakut sih? Kelurahan Mangga Dua Selatan, tempat berdirinya Mangga Dua Mall, termasuk Kecamatan Sawah Besar, Jakpus.
Nah area bisnis di seberangngya, dari Pasar Pagi Mangga Dua sampai WTC Mangga Dua, ikut Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakut.
Pentingkah kejelasan wilayah administratif itu? Sebelum ada Google Maps, di sebuah koran kota ada editor yang sudah tahu lokasi namun kerap menanya reporter, “Hoooiiiii yang ini ikut Jakarta mana?”
Kini setelah ada Google Maps? Penting dan tak penting, karena pemesanan barang di lapak daring tetap sampai. Naik taksi juga bisa tiba di tujuan.
Lalu kenapa mangga besar dan si jali-jali dalam judul disebut tak berteman? Yang berteman adalah mangga udang dalam lagu Betawi “Jali-Jali”: palinglah enak si mangga udang, […] pohonnya tinggi, buahnya jarang. Dalam versi Warkop DKI: orangnya tinggi, bulunya jarang.
Mangga udang ada lokapasar. Adapun jali (Coix lacryma-jobi), bukan jali-jali, adalah sejenis biji-bijian.
2 Comments
Dulu sebagai editor di TribunSolo.com juga sering jengkel jika reporter tak menulis lengkap nama kelurahan sekaligus kecamatan dalam naskah mereka. Sebab, bisa membuat bingung pembaca.
Tentang toponimi, saya baru tahu sekarang setelah membuka kamus.
Tentang orang tinggi bulunya jarang, apakah itu bulu ketek ya? 😁
Toponimi agak sering disebut oleh blog ini, ada dalam tag. 🙏
Kalo keranya eh monyetnya tinggi ya punya wulu kêthèk. Eh monyet keci juga ding.