Kita lebih suka didengarkan ketimbang mendengarkan. Wajar. Manusiawi. Asalkan tak berlebihan.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Seberapa lebar kuping gajah dalam diri Anda?

Ketika mengamati daun kuping gajah (Anthurium crystallinum), saya pun teringat ungkapan kuping lebar (Jawa: amba) yang setahu saya bermakna positif, yakni telaten mendengarkan curhat orang lain.

Tetapi di KBBI, “lebar telinga” disebut “suka mendengarkan percakapan orang lain”. Dari sisi nuansa bahasa kok mendekati menguping. Memang sih kamus tersebut mengartikan menguping sebagai “mendengarkan secara diam diam”.

Dari kamus saya menjadi tahu ada sejumlah tumbuhan yang memakai nama “telinga”. Misalnya telinga badak, telinga gajah (berbeda dari kuping gajah), dan telinga kera. Sila Anda periksa.

Persoalan telinga dan kuping dalam kamus

Kembali ke pengertian sabar atau telaten mendengarkan cerita orang, bisa keluhan maupun bualan, apakah kita semua bisa?

Jawaban kita beragam. Antara lain, tergantung siapa orangnya dan bagaimana cara dia bercerita. Juga: seberapa sering.

Mendengarkan adalah satu hal, dan menyimak adalah hal lain. Oh, saya teringat sebaris lirik “Sound of Silence” dari Simon & Garfunkel: people hearing without listening. Adapun versi cover yang saya sukai adalah dari Disturbed.

Jika menyangkut kuping gajah, paling enak tentu penganan bermotif spiral. Saya suka. Kuping tikus juga asalkan manisnya tak kebablasan.

Kue kering kuping gajah di Tokopedia

5 thoughts on “Tak semua orang punya kuping gajah dalam dirinya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *