“Nah gimana tuh Bung soal pencuri cokelat naik Mercy di Alfamart?”
“Kita urutkan dulu. Kalo kita nyebut pencuri harus jelas hukumnya, masih terduga, tersangka, terdakwa, atau terpidana. Lalu apapun yang diambil dari toko nggak ada hubungannya dengan dia naik mobil apa.”
“Okelah kalo begitu. Kalo soal pencuri eh mencuri, anaknya itu di kantor polisi kan bilang ibunya melakukan pencurian.”
“Gantian saya yang bilang oke. Lalu?”
“Kenapa kok jadi damai? Dulu 2009 Nenek Minah ambil kakao, itu kan biji buat bahan cokelat, dihukum. Alasan hakim demi kepastian hukum. Sekarang ada nyonya ngutil cokelat eh damai, selesai….”
“Oh, mungkin dulu konsep keadilan restoratif belum merata. Intinya sih nggak semua laporan hukum harus berujung penjara, lihat kasusnya juga, dan ada syaratnya. Salah satunya nggak menimbukan onar, pro-kontra, dan entah apa lagi, pokoknya nggak bikin tegang dalam masyarakat. Konon begitu.”
“Listyo waktu masih calon kapolri bilang kasus Nenek Minah nggak boleh terulang. Tapi kalo cokelat Alfamart sekarang ini pelakunya bukan orang sederhana kayak Nenek Minah.”
“Oh, memang. Lalu?”
“Terserah deh. Ada yang lebih penting daripada cokelat saat ini, relevan abis. Listyo dulu janji, hukum nggak akan tajam ke bawah tumpul ke atas. Cocok buat kasus Sambo, Bung.”
maling itu istilah untuk orang miskin yang mencuri, kalo orang kaya namanya klepto, kalo pejabat namanya koruptor
beda istilah beda hukuman juga. ada yang dipenjara, ada yang cuma minta maaf klarifikasi, ada juga yang
— jek (@jek___) August 16, 2022
¬ Gambar prolah: Antara, Instagram @hotmanparisofficial, Freepik
5 Comments
Mungkin juga dulu karena kasus kakao terjadi di tempat jauh dari Jakarta, dan tidak berhubungan dengan perusahaan swasta besar, sehingga tidak menjadi isu seksi bagi banyak pihak, termasuk pihak pengacara sangat kondang.
Ehm bisa jadi.
Faktor medsos juga menentukan.
Yang pasti advokat nggak layak beriklan, maka cara promo diri paling aman ya jadi berita. Lalu ada cara baru masuk jalur hiburan di TV. Lalu ada medsos, kalo sukses pamer ini itu dan membangun citra, TV juga akan ambil, rekaman tayangan muncul di YouTube. Buat pengacara tajir flamboyance, klien gratis justru perlu, dari seleb sampai orang kecil yg kasusnya viral, untuk merawat citra.
Apakah semua pengacara begitu? Nggak. Tergantung orangnya.
Oh iya, kemarin mau menyebut faktor medsos tapi lupa.
Itulah kehebatan medsos.
Zaman dulu orang tergantung media terlembagakan, cetak dan TV, kalau tampil di sana akan terdongkrak. Sekarang pilihan makin banyak, bisa paralel dan komplementer.
👍