Citayam Style, dari Kampung Lio ke Haradukuh

Kebutuhan ruang publik, dan ketersediaan media sosial, mendorong anak Citayam bertandang ke Ibu Kota. Murah ongkosnya.

▒ Lama baca < 1 menit

Citayam Style, dari Kampung Lio ke Haradukuh

Media belum habis mengupas gaya Citayam dan SCBD alias Haradukuh (gabungan Harajuku dan Dukuh Atas). Liputan Kompas (24/7/2022), dalam dua bagian, bagi saya menarik. Lengkap dan mendalam. Untuk versi daring ada galeri foto.

Citayam Style, dari Kampung Lio ke Haradukuh

Kompas mendatangi Kampung Lio, yang juga berjuluk Pinggir Setu, karena di tepian Setu Citayam, Kab. Bogor, Jabar, dekat stasiun. Dalam bagian awal laporan tertulis…

Sekitar lima menit melewati gang sempit selebar 1,5 meter dengan pemandangan rumah-rumah petak tua berdempetan dan sampah rumah tangga yang tidak terurus di luarnya, hamparan setu berwarna hijau menyambut. Terlihat kapal eretan di beberapa titik untuk menghubungkan kampung satu dan lainnya yang terpisah dengan setu.

Citayam Style, dari Kampung Lio ke Haradukuh

Ali Uroihdi (15) masih sekolah, sementara anak lain di kampung itu tak semuanya meneruskan seolah. Sepulang dari sekolah, Ali mencari belut, dia jual per ember. Uangnya untuk membeli kuota dan pergi ke SCBD versi Kampung Dukuh di Jakarta. Video Ali di Tiktok dilihat 3,4 juta penonton. Setelah tampil di platform itu dia bilang, “Nyesel juga. Jadi dikatain gitu, ya, di sekolah, ya, di sini (di lingkungan rumah) juga.”

Citayam Style, dari Kampung Lio ke Haradukuh

Teman Ali, misalnya Perdiansyah (16), Riana Gita (16), Muhammad Rizky (17), dan Ahmad Faisal (17) setamat SMP tak melanjutkan.

“Masih pengin sekolah. Cita-citanya pengin jadi dokter tadinya, tapi dari orangtua enggak bisa sekolah lagi,” ungkap Gita yang sempat bekerja di pabrik.

Sebagian anak Citayam tak punya motor, tetapi karena dekat stasiun mereka cukup jalan kaki. Ongkos KRL ke Jakarta jadi lebih murah bila dibandingkan naik angkutan umum ke Cibinong untuk nongkrong. Citayam-Dukuh Atas PP Rp8.000.

Tentang acara menyambangi Dukuh Atas, Perdiansyah berkata, “Ke sana, ya, cuma duduk-duduk gabut, ngopi aja. Ada yang bikin konten juga. Pemandangannya enak di sana. Di sekitaran sini enggak ada yang begitu. Ga pengin banget juga viral, dikata kita seleb apa. Cuma butuh ruang. Ha-ha-ha.”

Citayam Style, dari Kampung Lio ke Haradukuh

Generasi Z dari Citayam, pun Depok dan Bojonggede, menikmati masa muda mereka dengan keberanian dan percaya dari.

Rahmawati (18), gadis Kampung Utan, Depok, dikutip, “Walau Citayam beda sama kota, tapi gaya dan outfit kami enggak kalah keren dari orang Jakarta, kayak anak Jaksel. Aku jadi bangga aja orang tahu Citayam gitu.”

Busana keagamaan dan busana Citayam

From Citayam with luv

Citayam Style dan kecongkakan kita

Tinggalkan Balasan