Ada yang menarik dalam kunjungan kenegaraan Presiden Timor Leste José Ramos-Horta (72) ke Indonesia pekan ini. Sebetulnya itu tradisi politik luar negeri Timor Leste, presiden yang baru dilantik — sebelumnya Horta juga presiden (2007-2012) — segera berkunjung ke dua tetangga, yakni Indonesia dan Australia. Lalu di mana menariknya?
- Sehari setelah penandatanganan nota kesepahaman kerja sama bilateral, dan Horta masih di Jakarta, Menhub terbang ke perbatasan RI-Timor Leste (20/7/2022), menjajaki kesiapan transportasi antarnegeri.
- Dalam rapat delegasi di Istana Bogor, Horta mengenang pada 1974 pernah ke Jakarta, menemui Menlu Adam Malik. Selama di Ibu Kota dia menginap di losmen, ke mana-mana naik becak. Harap diingat, saat itu dia masih 24 tahun, sebagai aktivis pro-kemerdekaan Timor Timur, koloni Portugis.
- Setelah Indonesia cabut dari Bumi Lorosaé (1999) dengan banyak jejak kekerasan, Horta dan Xanana Gusmao menolak rencana PBB membentuk mahkamah internasional, untuk meminta militer Indonesia bertanggung jawab. Bersama Indonesia, Timor Leste membentuk Komisi Pengakuan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi.
- “Kita mampu bersikap dewasa untuk tidak tenggelam di dalam dendam. Sebaliknya, kita menerima bahwa konflik sudah selesai harus diikuti dengan proses pembenahan,” kata Horta (¬ Kompas.id)
- Horta ingin negerinya diterima masuk ASEAN, tanpa diberati soal PDB karena anggota lain yang baru masuk tak diberlakukan begitu. Menurut IMF, PDB Timor Leste di peringkat ke-171 dari 194 negeri.
Nah, ini foto Horta pada 1976 saat dia sebagai aktivis berusia 27.
Jika bicara luka bangsa, masing-masing pihak punya, karena perang memang kejam. Di Indonesia maupun Timor Leste, banyak putra negeri gugur, meninggalkan ibunda masing-masing dan mewariskan anak-anak yatim.
¬ Foto Horta: Kompas.id & CC0 1.0 Universal (CC0 1.0) Public Domain Dedication
¬ Bukan posting berbayar maupun titipan