Bakal ada Obor Rakyat versi lain nggak?

Masa sih mengulang cara 2014 pada 2024, kecuali mau buang duit buat bikin tabloid.

▒ Lama baca < 1 menit

Kering tabloid ala Obor Rakyat buat Pilpres 2024

“Dik Kam, buat Pilpres 2024 nanti bakal muncul tabloid aneh kayak Obor Rakyat dulu nggak?” tanya Pakde Wakidi Gempol.

Pakde tak pernah menyangkal dirinya jadul. Setiap jalan pagi kalau bertemu penjual koran, dia pasti beli. Padahal di rumah dia sudah berlangganan koran dan majalah.

“Halah, Pakde. Itu mainan 2014. Sepuluh tahun kemudian gituan nggak laku. Waktu Pilpres 2019 saja mainan cetak macam itu nggak laku makanya setahu saya Obor Rakyat nggak nongol lagi, padahal bekas pemrednya udah keluar dari penjara. Lalu tabloid Indonesia Barokah juga nggak menarik,” jawab Kamso.

“Karena zaman online ya, Dik? Lha kan tabloidnya bisa difoto lalu beredar di medsos termasuk grup WA?”

“Mahal pake nyetak, tapi mungkin lebih murah daripada bayar buzzer, cuma nggak efektif. Mendingan bikin tabloid bo’ongan di komputer, jadi gambar. Tapi tetep aja nggak praktis. Bikin situs juga nggak praktis. Bikin gambar atau video comotan, lantas diisi apa aja, tinggal ngarang, lebih gampang. Pake hape bisa.”

“Oh gitu. Kalo entar video itu laku, yang aneh itu yang bikin atau yang percaya lalu nge-share, Dik?”

“Kok entar, Pakde? Kemarin dan hari ini video sama poster macam itu buat hape udah laku kok. Yang aneh sih yang percaya.”

“Nggak seru. Nggak ada alamat palsu sama nomor telepon palsu.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock

2 Comments

Junianto Senin 18 Juli 2022 ~ 18.19 Reply

Betul, pendukung capres tertentu yang berniat memproduksi berita hoax di 2024 kemungkinan besar tak akan main tabloid lagi tapi main media digital. Lebih mudah dan praktis, lebih murah, lebih efektif.

Di luar soal politik seperti yang diangkat Pakde Wakidi Gempol itu saya jadi ingat ini https://blogombal.com/2022/07/03/koran-nggak-baca-lalu-majalah-dan-tabloid-juga/

Pemilik Blog Selasa 19 Juli 2022 ~ 10.00 Reply

Zaman udah beda. Hoaks cuma memanfaatkan literasi sebagian kalangan yang belum matang, antara lain gatal jari untuk untuk segera share apapun yang sesuai harapan maupun yang mencemaskan bagi diri dan kelompoknya.

Yang gak via hape ada: mengabarkan secara lisan apa yang mereka dengar daring dari hape maupun lainnya. Seperti gerakan door to door emak-emak waktumu Pilpres 2019. Yang nyuruh atau menghasut ngumpet, emak-emak itu yang ditahan polisi, ninggalin anak di rumah.

Tinggalkan Balasan