Tak apa sekarang melayu mendayu. Apa hubungannya dengan gagah gemulai dan melambai?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Daun lompong yang menguning melayu, sebelumnya gagah perkakas lalu jadi gagah gemulai

Kebetulan saya sedang tidak bisa menyirami tanaman, namun dengan maupun tanpa perawatan semua dan setiap daun mengenal akhir dalam hidupnya. Diawali dengan menjadi layu…

Manusia juga. Setiap hari setiap orang bertambah tua. Secara bertahap ada yang berkurang dalam dirinya, sejak kekencangan kulit wajah hingga kebugaran. Orang lain yang melihat perubahan itu. Sementara pemilik raga kurang, atau enggan, menyadari. Lalu pada titik tertentu menyadari. Dirinya mulai melayu, tak lagi kencang saat mlayu. Maka buatlah selfie selama rahasia setiap hari tanpa niat menjadikannya NFT. Jika usia Anda sekarang 30, periksalah nanti pada usia 40.

Mendapati daun lompong iki menguning layu, saya pun becermin. Saya juga mulai melayu, sudah lama melayu, apalagi saya bukan anggota Orkes Melayu Banter Banget, tetapi yang penting saya masih mendayu, artinya ada sisi melankolis dalam diri saya, masih ada emosi.

Kini saya melayu, tak lagi melaju, yang penting dahulu pernah melambai. Eh, beda ya artinya? Itu semacam gagah gemulai, bukan gagah perkakas? Embuh. Sakkarepmu.

2 thoughts on “Menguning, melayu, dalam renungan mendayu

  1. Kemarin ketemu kawan lama, pria mantan reporter di Solo yang kini dosen sekaligus Kabag Humas sebuah PTS besar di Solo Raya. Saya lihat wajahnya kelihatan tua (dalam usia di bawah saya yang 58 tahun).

    Tadi pagi saya ceritakan itu ke istri. Komentar dia, “Lha rumangsane ayah opo ayah iki ora ketok tuwo?”

    Saya langsung meringis.

    1. Saya lihat beberapa sopir angkot di pangkalan dekat rumah juga pada menua. Padahal saya mungkin juga.

      Karena sering cari gambar tokoh untuk saya olah jadi ilustrasi blog, saya jadi tahu bahwa wajah Jokowi sekarang tampak tua banget bila dibandingkan lima enam tahun lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *