“Menarik ya ide Pak Berewok, mengusulkan paket Anies dan Ganjar.”
“Mungkin.”
“Eh Anies dan Ganjar, atau Ganjar dan Anies?”
“Misalnya bisa, ya tergantung kesepakatan siapa yang capres, lalu siapa yang cawapres.”
“Diundi ‘kali ya?”
“Huss. Ngaco. Ini bukan nomor urut peserta.”
“Tapi yang penting kan bisa mencairkan polarisasi?”
“Belum tentu. Seseorang bisa tercitrakan mengusung politik identitas karena dia menjadi proyeksi kepentingan kelompok tertentu, bukan karena dia magnet yang menjaga ideologi dari sebuah kaum sekaligus sebagai penggerak utama.”
“Contoh magnet sekaligus motor utama siapa?”
“Di luar capres misalnya Rizieq.”
“Terus misalnya ada duet Anies-Ganjar atau Ganjar-Anies, gimana peluangnya?”
“Lha kita kan nggak tahu siapa lawan mereka nanti? Bisa aja ada paslon yang mewakili Islam, dan ada paslon lain yang mewakili nasionalis. Masing-masing pendukung Anies maupun Ganjar sebelum dijodohkan bisa menyeberang. Mungkin lho…”
“Halah sok jadi pengamat. Siapa bakal calon yang kuat dari Islam dan nasionalis selain mereka berdua? Kalo tiga paslon bisa pilpres dua putaran dong. Ujung-ujungnya mungkin politik identitas lagi? Pilgub DKI dulu kan dua putaran?”
“Hahahaha! Emang ini cuma ngarang. Lha situ yang mulai tadi. Ente jual, ane beli.”
¬ Gambar praolah: Humas Pemprov Jateng, Facebook Anies Baswedan, Shutterstock
4 Comments
Paman nggak melihat duet Anies-Ganjar, atau duet Ganjar-Anies, tidak realistis?
Lha kan sudah terbaca 😁
Mengarang (itu gampang).🙈
Tentu. Namanya juga gombal. Masuk di bawah remeh-temeh 🙈