“Kami nggak akan kudeta atau pakai kekerasan untuk mewujudkan cita-cita luhur.”
“Pakai cara apa dong?”
“Cara demokratis, sesuai konstitusi kalian saat ini. Kalo nggak boleh, berarti demokrasi kalian semu, cuma prosedural, formalitas, nggak murni lagi, cacat, soalnya nggak kasih toleransi buat orang yang beda pendapat. Padahal demokrasi itu kabarnya memuliakan perbedaan pendapat.”
“Terus setelah menang, dapat kekuasaan secara demokratis, sampean mau apa?”
“Mewujudkan cita-cita ketatanegaraan versi kami. Kedaulatan bukan di tangan rakyat melalui wakilnya di parlemen. Manusia nggak berhak bikin hukum, itu wewenang Tuhan. Tentu pemimpin tertinggi kami akan mendengarkan musyawarah mufakat.”
“Oh, jadi sampean antidemokrasi, tapi memanfaatkan cara demokratis buat berkuasa, kalo udah berhasil akan menghapus demokrasi?”
“Lha kami kan pake cara damai, nggak memaksakan kehendak?”
“Terus setelah kaum sampean berkuasa, orang nggak boleh ngritik bahkan nggak boleh berjuang untuk membubarkan sistem kaum sampean?”
“Iya. Emang napa?”
“Curang dong. Antidemokrasi, tapi memanfaatkan demokrasi buat berkuasa, lalu menghapus demokrasi, menghapus hak perempuan atas pendidikan dan pengembangan diri, dan nggak ada ampun buat siapapun yang mau mengembalikan demokrasi…”
“Nah, itulah kekurangan demokrasi, nggak sempurna, nyediaan pintu buat ditombak sampe mati. Makanya kami koreksi dengan menghapusnya. Jelas? Atau masih ada kerewelan lain?”
2 Comments
Jelas!
Lho 🙊🙈