Catut-mencatut reborn

Malang betul orang-orang bayaran dalam setiap aksi sewaan, di lapangan mereka menghadapi risiko.

▒ Lama baca < 1 menit

FPI Reborn dan pencatutan nama plus fitnah untuk mendelegitimasi Anies Baswedan

“Soal FPI Reborn gimana, Bos?” tanya Dudung Senandung sambil menyeruput kopi hitam.

“Lha kan udah ada bantahan resmi dari FPI Reborn tulen, P-nya bukan pembela tapi persaudaraan, belum terdaftar sebagai ormas sih. Itu si korlap atau apalah juga udah minta maaf dan ngaku anggotanya dibayar seratus ribu,” jawab Kamso.

“Tapi FPI baru itu mestinya bertanggung jawab dong, Bos!”

“Lha kan udah bikin bantahan resmi? Kalo data kita dicatut orang buat minjem di pinjol, masa kita kudu bayar? Jadi korban kok dua kali, eh malah tiga kali. Sial bener.”

“Kok tiga kali?”

“Pertama, rugi nama karena dicatut, difitnah. Kedua, disuruh tanggung jawab. Ketiga, fitnah terhadap siapapun bisa berekor panjang, kadung dipercaya karena nggak semua orang baca edisi revisi.”

“Terus apa kepentingan si tukang catut nama?”

“Dia yang lebih ngerti. Bisa aja buat mendelegitimasi bukan FPI-nya tapi si Anies. Juga sekalian mancing reaksi negatif kaum sumbu pendek Anti-Anies, sehingga kedua kubu sama-sama keliatan nggak ada bagusnya. Mungkin lho…”

“Apa manfaatnya?”

“Nggak tau. Yang kesian itu massa yang dibayar dalam setiap aksi tanpa tahu apa yang diperjuangkan. Cuma jadi alat. Udah banyak kejadian. Ada juga yang dibayar tipis tapi janji surganya tebal, dulu anggota demo pro-Pam Swakarsa dan SI MPR dibunuh massa di Cawang. Padahal mereka nggak paham masalah. Waktu ada demo gede, ada warga sekampung di luar Jakarta yang diajak jalan-jalan ke Monas, langsung diceburin ke lautan manusia, rampung demo mereka kapiran.”

“Tega bener ya, Bos…”

“Makanya jangan suka mencatut dan memfitnah. Modal nggak gede amat tapi dapet publisitas luas. Setelah urusan selesai, kerugian korban nggak bisa ditambal.”

“Bos kok kayak ngebela FPI?”

“Bersikap adil terhadap apapun, termasuk terhadap pihak yang nggak kita sukai, adalah pelajaran tiada henti.”

“Sampai kemudian terbukti bahwa itu bukan fitnah?”

2 Comments

Junianto Selasa 7 Juni 2022 ~ 14.13 Reply

Donaturnya pasti duitnya meteran karena ngeluarin duit seratus ribu kali sekian ratus anggota dan pengurus “FPI Reborn”.

Tapi untuk urusan copras-capres kayak gitu itu mana ada duit recehan, ya?

Pemilik Blog Selasa 7 Juni 2022 ~ 15.08 Reply

Coba hitung biaya kehumasan apalagi iklan untuk semua stasiun televisi, media berita daring, dan menggerakkan percakapan di media sosial.

Lebih murah bikin aksi, memanfaatkan kondisi sosial ekonomi orang. Makanya kemarin ada peserta yang tampilannya tak mencerminkan gaya pendukung FPI. Ada nenek pake jeans ketat. Ada emak melepas jilbab setelah acara selesai.

Tinggalkan Balasan