Gombal-gambul lap dari kaus bekas

Kaus bekas dan majun baru buat lap. Tapi mengimpor celana dalam bekas haid itu kebangetan!

▒ Lama baca < 1 menit

Gombal amoh Mukiyo atau kain lap dari kaus bekas

Setiap rumah tangga punya lap, bahkan lebih dari satu macam. Chamois, bermerek Kanebo atau bukan, dan lap mikrofiber lainnya, biasanya ditemani lap dari kaus bekas. Lap bekas pakaian ini yang disebut gombal. Kadang disebut lengkap: gombal amoh. Untuk umpatan lunak ada gombal Mukiyo, bukan Mukidi.

Intinya: gombal itu jelek, tak layak sandang, tetapi berfaedah. Orang boleh memperkenyèk gombal tetapi nyatanya beroleh manpangat.

Tadi sehabis mencuci gombal amoh — ya, saya selalu mencuci sehabis memakai, kadang malah sekian gombal sekalian dengan mesin cuci — saya membatin apakah di negeri maju makmur juga ada kaus bekas untuk lap. Ternyata ada. Malah tampak masih bagus. Bisa juga berupa perca.

Pasar kaus bekas untuk lap di luar negeri

Kaus bekas kita bisa menjadi masalah jika kita membiarkannya sampai lusuh, mangkak, dan mbrèdhèl. Dilungsurkan orang tidak layak. Buat tidur malah adem tetapi tak sedap di mata orang rumah, termasuk mata pasangan.

Pasar kaus bekas untuk lap di luar negeri

Saya dahulu suka beli kain majun di toko bangunan. Namun makin ke sini belum tentu mendapatkan bahan bagus seperti kaus Jupiter dan Swan, apalagi dari lapak daring, mungkin karena kini tukang pelitur tak butuh kain pelitur dari perca kaus.

Kain majun perca pabrik kaus untuk lap di lapak daring lokapasar

Omong-omong soal kaus bekas saya teringat pakaian bekas yang diimpor. Tidak hanya kaus sih tetapi juga jaket, baju, dan celana. Di luar negeri memang ada flea market, tetapi dalam jumlah berlimpah seperti di Indonesia mungkin tak ada di negeri maju. Malah di sana kaus tak laku akhirnya jadi beban lingkungan.

Di Indonesia pasar awul-awul di alun-alun Keraton Yogyakarta pernah dikeluhkan putri Kesultanan (Beritagar.id, 2019).

Pasar awul-awul pakaian bekas yang memprihatinkan keraton jogja

Soal impor pakaian bekas dari sisi kesehatan juga menjadi keprihatinan pemerintah karena uji sampel di laboratorium menunjukkan ada ratusan ribu koloni bakteri. Begitu tak selektifnya pengekspor sehingga celana dalam bekas haid pun disertakan (¬ Beritagar.id, 2015).

Pakaian impor bekas, termasuk celana dalam bekas menstruasi

Impor pakaian bekas bukan masalah baru. Pada awal 1980-an, Butet Kertaradjasa sebagai wartawan freelance melaporkan untuk Kompas ihwal bursa pakaian bekas di Kutai, Kaltim.

Baju-impor Bekas Murah

Anda mau beli celana robek? 

Jin robek kok dibeli

6 Comments

junianto Senin 23 Mei 2022 ~ 10.59 Reply

Saya juga pakai kaus bekas untuk gombal, tapi belum ada kaus Levi’s dan Wrangler yang saya gombalkan.😬

Tentang lapak-lapak awul-awul di Sekaten Keraton Yogyakarta, pun toko-toko awul di beberapa sudut Kota Yogya, saya pernah jadi konsumennya saat ngantor di Tribun Jogja. Tapi kemudian “insyaf”.😁

Pemilik Blog Senin 23 Mei 2022 ~ 14.30 Reply

Kesian UKM dan industri garmen lokal kalo kita beli pakaian bekas impor 🙏

junianto Senin 23 Mei 2022 ~ 15.37 Reply

Dan ribet krn hrs merebus dulu awul-awul setelah dibeli, sebelum dipakai, agar bersih dari kuman/penyakit/jamur dll.

Makanya istri saya sering nyebut awul-awul sebagai mbaldhok — gombal digodhok. 😬🙈

Pemilik Blog Senin 23 Mei 2022 ~ 16.06

Gombal digodhog🙈

Sebenarnya di toko gede kalo lagi sale untuk brand lokal biasa juga murah kok.

junianto Senin 23 Mei 2022 ~ 20.56

Benar. Tapi itu masa lalu, Paman. Setelah pandemi saya tidak lagi tertarik membeli busana brand lokal maupun asing di toko-toko gede.

Pemilik Blog Senin 23 Mei 2022 ~ 22.06

Aha! 👏😁

Tinggalkan Balasan