Karena dengan alat genggam berpegas malah bikin tangan kaku pada pergelangan hingga lengan, saya menuruti anjuran teman agar berlatih dengan bola golf. Itu dulu, empat tahun lalu.
Saat itu saya akan minta bola golf kepada dua teman, A dan G. A sudah likuran tahun suka golf, tapi sibuk, sering ke luar kota. G hanya golf sekadarnya, menemani para bos sebuah BUMN. Dia juga sering pergi. Akhirnya saya putuskan membeli di Tokopedia, lima butir, @ Rp3.000.
Ketika barang tiba dan saya mainkan ternyata sulit. Saya menanya teman yang menganjurkan bola golf, dia bilang, “Jangan dipikir, ikuti perasaan. Nggak usah diliat, Kang.”
Ternyata benar. Saya langsung bisa. Prinsip ikuti perasaan, jangan dipikirkan, saya terapkan saat berswacukur sejak pandemi. Mulanya kagok karena di cermin mana kanan mana kiri serba terbalik.
Kini hanya kadang-kadang saja saya senam tangan dengan bola golf ini. Jumlah bola tinggal dua. Tiga lainnya, dalam waktu berbeda, dimainkan cucu tetangga lalu menggelinding sampai ke got.
https://twitter.com/gbrhdp/status/1524303108351832064?t=Vl003l0nq40L0vZnk1E6sw&s=19
2 Comments
Wah cucu tetangga Paman mbeling. 😁
Namanya juga anak. Sakndilalah ada aja barang di rumah saya yahh disukai anak, yang mainan maupun bukan mainan