Ujung daun entah alocasia jenis apa itu sejak awal selalu terkuncup sehingga menjadi kantong air hujan dan air siraman dari selang. Kalau semua daun lebar begitu, kantong air itu disukai nyamuk demam berdarah.
Tetapi pikiran saya lebih ke dunia bacaan berisi petualangan. Ketika sang pengembara, atau buron yang jadi lakon dalam cerita silat, kehausan dan jauh dari mata air, mereka akan minum dari air di pucuk daun lompong-lompongan atau lainnya yang lebar, juga akar pohon.
Menarik dan menantang untuk semua bocah. Soal risiko diare tak ada dalam benak. Begitu pun tanah lembap, bahkan berlumpur, yang tertutup dedaunan basah, mungkin saja ada lintahnya pada bagian yang bergenangan air, dan ular pada semak belukar, terabaikan dari khayalan.
Dunia anak dan khayalannya tak kenal batas. Saya berterima kasih kepada bacaan yang memperkaya benak, padahal tak dapat mempraktikkan karena hingga dewasa saya bukan penyusup rimba maupun penyusur gua. Imajinasi saya diperkaya cerita minum air dari pucuk daun, memanfaatkan embun, sampai mencari jejak di hutan, apalagi menyesatkan pengejar dengan arah jejak tipuan.
Ya, semua khayalan saya petik dari buku-buku bacaan yang saya baca di teras dan tangga teras, di atas bibir saluran air di bawah pohon cemara, duduk rebahan di atas dahan favorit pada pohon gandaria, dan di bagian teduh atap garasi, semuanya di rumah Jalan Osa Maliki, Salatiga.
3 Comments
Kalau komik, antara lain serial Si Buta dari Gua Hantu, Siluman Sungai Ular, dan Panji Tengkorak.
Kalau bacaan nonkomik, apa ya Paman?
Bacaan nonkomik macam-macam. Kalo majalah anak saya suka Si Kuncung dan Kawanku versi lama bikinan aktivis Asmara Nababan.
Oh iya Kawanku, saya dahulu juga sering membaca. Kuncung juga