Saya lupa sejak kapan KFC menerapkan saset saus sambal dan saus tomat untuk menggantikan dispenser tekan. Foto ini saya buat pada 2013, seingat saya di KFC Bulungan, bukan Melawai, Jaksel, dengan kamera saku, men-zoom pol, ke meja di sudut lain. Ada sepiring saus cabai yang dibiarkan tersisa banyak. Di meja sebelah saya dan di depan saya juga begitu. Tapi para pengudapnya belum pergi.
Kenapa bisa ya karena tamak. Boleh ambil bebas. Tak perlu menampung sambal dalam beberapa cup kecil lalu ditaruh ke nampan. Saat itu KFC belum menerapkan dus, masih pakai piring porselen.
Sebenarnya ini bukan soal banyak orang suka sambal melainkan pekerti: ambillah secukupnya, seperlunya.
Di luar urusan sambal, dulu ketamakan sering saya lihat di Hartz Chicken Buffet. All you can eat tanpa penegakan aturan berupa denda ya tinggal poster maklumat. Orang pulang dengan menyisakan paha dan dada daging ayam utuh di piring karena tak sanggup menghabiskan.
Sampai kini dalam setiap prasmanan sarapan di hotel dan resepsi pernikahan ada saja orang serakah, mengambil makanan melebihi daya tampung perut — bahkan ada yang memasukkan ke dalam tas.
Pekerti itu bagian dari akhlak. Jika menyangkut ketamakan terhadap hidangan, ini bukan semata soal etiket.
Saya membayangkan jika di rest area saat mudik kemarin dan balik nanti masih boleh bebas ambil sambal dari dispenser, oh alangkah….
2 Comments
Sudah loba, kalap, lagi.
BTW saya termasuk yang kadang-kadang serakah dahulu, sebelum pensiun, dan sebelum pandemi, jika menemani bos kantor saya dari Jakarta sarapan di resto hotel tempatnya menginap di Solo.
Loba itu kalo gak bisa habisin 🙏