Jangan kecewa, ini bukan telaah buku. Kapan itu saya temukan Tahun 1984 karya George Orwell di rak, terpisah dari 1984 versi lain. Yang pertama itu terjemahan Barus Siregar (Bandung: NV Penerbitan W. Van Hoeve, 1953) — versi Inggris terbit pertama 1949. Sedangkan yang kedua adalah terjemahan Landung Simatupang (Yogyakarta: Penerbit Bentang, 2014).
Beda orang dan beda tahun tentu beda gaya bahasa dalam menerjemahkan. Barus dan Landung adalah penerjemah yang bagus. Kebetulan kemarin saya membaca cuitan Henry Manampiring yang mengeluhkan kualitas terjemahan.
Karena ini bukan telaah buku, maka saya ceritakan ihwal buku pertama. Buku itu milik bapak saya, sejak kecil saya melihatnya di rak, tapi tak berminat membacanya. Karena usia buku dan kelembapan, buku itu berjamur, halaman Prancis dan judul pun rusak.
Lalu Bapak menyelamatkannya dengan memfotokopi halaman itu, menempelkannya pada buku, dan menandatanganinya, pada 1984. Pas dengan judul buku. Tanda tangan Bapak sudah berubah karena usia. Detailnya berkurang.
Pada 2005, sahabat saya, seorang penerjemah untuk subtitel film asing, usai membacanya menyelamatkan buku itu dengan membawa ke tukang jilid. Maka jadilah edisi bersampul keras yang kuat.
Karya Orwell lainnya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Animal Farm. Oleh Mahbub Djunaidi, buku itu diterjemahkan menjadi kisah jenaka bertajuk Binatangisme. (Bandung: Iqra, 1983 — sudah diterbitkan ulang oleh Penerbit Gading, 2017). Terjemahan lain, judulnya tetap Animal Farm, adalah karya Bakdi Soemanto (Yogyakarta: Penerbit Bentang, 2017).
Sore ini ketika usai memotret buku, saya lihat di meja ada dua versi buku terjemahan dari karya Karen Armstrong, Muhammad, A Biography of The Prophet. Buku pertama, Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis, diterjemahkan oleh Sirikit Syah (Surabaya: Risalah Gusti, 2001).
Adapun buku kedua, Muhammad, Biografi Sang Nabi, adalah hasil terjemahan Joko Sudaryanto (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2004).
Tentu, untuk buku apapun, peran editor sangat penting. Pada kedua buku itu terjemahannya bagus. Namun ketika saya cari info ihwal Sirikit, yang muncul adalah obituarium. Hari ini beliau meninggal. Sugeng tindak, Bu.
Sebenarnya sejak kapan ya kualitas terjemahan buku di sini jadi jelek?
Waktu kecil baca Lima Sekawan, Trio Detektif, Agatha Christie, terjemahannya bagus2 kok.
— Henry Manampiring (@newsplatter) April 25, 2022
https://blogombal.com/2010/08/12/fb-sok-tau/
2 Comments
Kabar duka tentang Sirikit Syah saya peroleh sekitar pukul 11.30an tadi di grup WA Mansur (mantan wartawan harian Surya Surabaya).
Meski saya pernah berkantor enam tahun di Surabaya, dan Sirikit tinggal di Surabaya, saya belum pernah bertemu beliau.
BTW buku-buku Paman skoy untuk ukuran Paman yang, katanya, bukan kutu buku….
Kebetulan saja ada buku itu 🙏🍎