Koordinator BEM SI, Kaharuddin, mahasiswa Universitas Riau, riuh dibahas di media sosial karena ucapannya dalam acara televisi HotRoom. Publik seperti mengabaikan ancaman yang dia terima, misalnya “Kamu mau pulang nama atau pulang sekarang?”, karena sejak akhir Maret dia di Jakarta menyiapkan demo BEM SI 11 April lalu. Tiga kali ponselnya diretas.
Publik juga mengabaikan semua argumentasi Kaharuddin tentang tuntutan mahasiswa, terlepas dari sepakat atau menolak satu demi satu, semata karena ucapannya, “(Dari) Orde baru kita peroleh yang namanya kebebasan, kesejahteraan kita punya.”
Maka gugurlah tuturan lainnya. Ramai khalayak mengejeknya. Memang ada yang membela, saat Reformasi 1998 Kaharuddin belum lahir. Ehm, apakah untuk membahas Proklamasi Kemerdekaan 1945 seseorang harus sudah mengalami peristiwa itu? Ini soal kesadaran dan pemahaman terhadap sejarah.
Memang tak mudah menjadi pembicara maupun perumus wacana dan pengemas isu sentral dalam gerakan massa.
2 Comments
Saya juga tidak terima dengan pernyataan bahwa dari Orde Baru, zaman Harto, masyarakat memperoleh kesejahteraan sekaligus kebebasan.
Mungkin maunya Kaharuddin mau menunjukkan bahwa era Jokowi lebih buruk daripada zaman Harto, tapi pernyataan yang dipilih ternyata ndembik.
Dia gak paham sejarah.
Tapi kok bisa dipilih jadi pemimpin ya? Dalam video dia sempat bingung merumuskan masalah waktu ditanya Hotman Paris. Kata Hotman kemudian kurang lebih kamu harus tahu apa yang kamu tentang.