Bambang Pot nongol lagi, ditemani Edi Kompos. Dua anak muda yang juga berlapak tanaman di lokapasar itu mengantarkan tanaman untuk Kamsi lalu membahas Ade Armando lagi. Kamsi sedang mandi, hanya ada Kamso.
Bambang menanya, “Oom Kam, jadi masalah Ade itu apa? Emang dia posisinya begitu penting?”
“Mungkin penting mungkin nggak. Tapi dia vokal, sehingga publik menempatkan dia sebagai wakil salah satu sisi dalam polarisasi masyarakat Indonesia setelah Pilpres 2014 dan 2019 sama Pilgub DKI 2017. Padahal Bowo yang udah masuk kabinet,” jawab Kamso sok tau.
“Polarisasi itu bukannya istilah lebay buat simplifikasi isu, Oom?” Edi menyergah.
“Bener. Buat nggampangin ngeliat masalah, Ed. Dalam kenyataan, masyarakat nggak bisa langsung dibagi dua pakai ujung paling jauh. Selalu ada gradasi bahkan tumpangan himpunan sikap setiap orang. Pake kuadran pun masih terlalu simpel buat jelasin ada orang yang setuju sama Ade di satu isu sekaligus nggak sepakat dalam isu lain.”
“Kalo soal vokal kan bukan cuma dia, Oom?” tanya Bambang.
“Setiap kutub nggak cuma diisi Polar Bear korek api, tapi juga pewacana. Media sosial memberikan panggung, seperti YouTube buat Ade maupun pihak duta kutub seberang, lantas media berita jadi amplifier dalam sepiker aktif, menggemakan wacana dua kubu itu. Publik pun makin terbelah sekaligus bingung…”
“Wah maap Oom, penjelasannya asyik didengar tapi bikin bingung,” Bambang menyeletuk.
“Saya sendiri juga bingung. Buat ngulangi juga lupa.”
“Kali’ Oom Kam terlalu ngefans sama Vicky Prasetyo. Maaf lho…” sahut Edi.
4 Comments
Cian Om, dia berada di tempat yg salah pada waktu yg salah, see https://retizen.republika.co.id/posts/102772/demo-bem-si-ade-armando-dan-hattrick-jokowi
Unsur itu ada benarnya. Malah mungkin dia naif, nggak nakar risiko. Ini serupa pendukung kesebelasan A berada di tengah hooligans kesebelasan B. Atau maaf, anak sekolah anu bersua gerombolan hobi tawuran sekolah yang itu. Jika terjadi kekerasan tentu tindakan itu tidak dapat dibenarkan.
Tapi dalam kasus Ade ada latar yang lebih besar dan menyedihkan. Misalnya kubu Ade ada yang keras lalu menganiaya wakil pihak seberang saya juga tidak setuju.
Selamat menggenapi Ramadan, Mas 🙏😇
Masalah yang ruwet, kompleks, ndembik, atau apalah namanya, gara-gara Pilpres 2014 dan 2019 serta Pilgub DKI 2017. Jadi ngeri membayangkan saat menjelang maupun saat Pilpres 2024 mendatang.
Sebetulnya menyebut gara-gara dua kali pilpres dan sekali Pilgub DKI juga gak pas. Saya termasuk yang melakukan simplifikasi itu. Pilpres dan Pilgub DKI menjadi katup pelepas dorongan aliran segregatif dan kedua pihak segendang sepenarian: lu jual gua beli. 🙏