Biar nanti Drone Emprit yang memetakan percakapan seputar Ade. Buat cermin kita semua.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Ade Armando korban penganiayaan orang-orang liar

“Salah ngitung si Ade. Katanya sebelum digebukin dia bisa omong sama mahasiswa, dan nggak kejadian serangan fisik. Gitu, Oom?” tanya Bambang Pot.

“Mungkin. Belum jelas latarnya bagi saya. Tapi saya sedih ada penganiayaan itu, apalagi video Ade tengkurap miring hampir telanjang, tangannya melindungi kepala. Biar polisi yang jelasin nanti,” kata Kamso.

“Napa sih Ade cari masalah ketemu orang-orang liar? Dia kan paham politik, kok naif?” Kamsi nimbrung.

“Mestinya dia tahu dong, yang demo bukan cuma mahasiswa,” timpal Bambang. Lalu dia dan Kamsi riuh membahas. Kamso menyimak.

“Jadi gimana Mas, kok diam aja dari tadi?” akhirnya Kamsi bertanya.

“Lha tadi kan aku udah bilang. Sedih.”

“Lantas?” tanya Bambang.

“Kalo buat saya, kasus Ade ini mempertegas polarisasi masyarakat kita. Di medsos ada yang sedih, marah, bersimpati, ada juga yang nyukurin, hepi. Malah ada emak yang menjadikannya sebagai candaan, kulit Ade lebih halus dari dia,” jawab Kamso.

“Terus?” desak Kamsi.

“Ya persoalannya diperlebar, kenapa polisi boleh keras, malah menyoal kasus KM 50 yang menurutnya nggak diusut tuntas. Artinya dalih pembenar dari yang pro sama penganiayaan melebar ke mana-mana.”

“Apa golongan beringas ini tahu kalo posisi nggak seimbang? Atas nama apa aja mereka boleh menganiaya orang, sementara pihak yang bersimpati sama Ade nggak bakal melakukan hal yang sama?” gugat Bambang.

“Nggak juga. Dari kaum pro-Ade ada yang galak, membayangkan pembalasan untuk pelaku. Tapi inget, banyak orang yang nggak suka bahkan benci Ade nggak setuju sama penganiayaan itu.”

“Skornya gimana ya, Oom?” desak Bambang.

“Husss… Kok skor? Biar nanti Drone Emprit yang memetakan percakapan seputar Ade. Buat cermin kita semua.”

¬ Gambar praolah: RCTIplus, Shutterstock

2 thoughts on “Ade Armando memperjelas polarisasi

  1. Ade Armando mungkin “di tempat dan di waktu yang salah” tetapi tidak layak dianiaya dan dipermalukan seperti itu.

    Benar, di medsos ada yang nyukurin, ada yang hepi, dan saya tidak senang membacanya tetapi tak mengomentari agar tidak memperjelas polarisasi seperti yang dimaksud Om Kamso.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *