Marhaban ya Ramadan, marhaban ya sarungan, tapi jangan dipakai untuk tawuran.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Marhaban ya Ramadan, marhaban ya sarungan, tapi jangan dipakai untuk tawuran

Perang sarung makin terasa belasan tahun terakhir. Pelakunya anak-anak tanggung. Sebelum ada perang sarung hanya berupa tawuran ringan, saling kejar dan sambit kerikil. Setelah dilerai pun selesai — tapi esoknya terjadi lagi.

Biasanya perang dengan maupun tanpa sarung terjadi sekitar jam tarawih di masjid. Banyak dari mereka yang tak ikut tarawih, hanya bergerombol merubung penjaja jajanan. Lalu dimulai dengan provokasi antarkelompok jadilah tawuran dengan arena yang biasanya menjauhi masjid, masuk ke gang-gang perumahan atau tanah lapang.

Kenapa terjadi saat Ramadan? Inilah saat sela, saat anak-anak tanggung mendapatkan keleluasaan keluar rumah, namun di luar ibadah tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Maka untuk waktu lebih malam, di banyak tempat sahur on the road dilarang karena rawan gesekan. Dulu di sekitar Cawang dan Kampung Melayu, Jaktim, setelah sahur kadang terjadi tawuran antarkampung. Jadi bukan soal sahur maupun tarawih melainkan bergerombol dan berarak.

Kasus terbaru, belum jelas benar duduk soalnya, perang sarung menewaskan seorang remaja di Bekasi karena makin ke sini isi sarung bisa apa aja asalkan sarungnya kuat.

4 thoughts on “Perang sarung saat Ramadan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *