Saya masih punya kopi bubuk gilingan kasar, tinggal sedikit, oleh-oleh dari kawan sepulang dari menengok anaknya di Bengkulu. “Embuh kopi apa, dikasih lurahnya,” kata Bung Karno, kawan saya kuliah.
Gilingan ini belum sekasar kopi untuk french press, yang coarse atau medium coarse, tapi lebih dekat ke medium fine, kalau dibuat kopi tubruk kurang halus. Maka saya memperlakukan kopi hadiah ini sebagai kopi tetes. Rasanya enak, tidak pahit, tidak asam, padahal robusta agak gosong kayaknya.
2 Comments
Mengapa keisengan tidak berlanjut hingga ke dini hari tadi? Apa karena Paman tidak kancilen?
Masih melek sampai jam dua, buat baca dan gonta-ganti di Spotify ke Harman Kardon, lalu saat berangkat tidur koneksi ke bluetooth speaker saat saya matikan, saya ganti nyetel radio Kota Gaplek, Wonogiri