Dari sisi rasa, air putih dalam wadah bening dan tak bening itu sama. Tetapi dari sisi persepsi saya sejak bocah, air putih dalam gelas bening seolah lebih segar. Sampai kini saya lebih suka minum air putih dari gelas* dan botol plastik bening. Bukan dari cangkir porselen, enamel, aluminium, apalagi melamin.
Persepsi, atau cara kita menanggapi dan menilai sesuatu, seringkali tak rasional. Dalam soal minum ya contoh air putih itu. Kalau minum kopi hasil menggiling sendiri saya lebih suka dengan cangkir beling. Kenapa? Warna air kopinya berbeda-beda, ada yang cokelat kekuningan muda seperti teh, ada yang cokelat kehitaman.
Kalau kopi bubuk beli atau kapucino jadi, saya lebih suka dalam cangkir porselen dan wadah tak bening lainnya. Nggak tahu kenapa.
Maka saya tak habis pikir kenapa ada orang mau mencicipi makanan berkuah dan minuman dari wadah berupa kloset beneran. Kalau itu maunya si penjual ya biar saja, tapi kenapa pembeli mau? Pertanyaan saya ini mewakili cara pandang yang belum tentu rasional.
¬ BBC: Cafe Jamban, Semarang, Jateng
#cumadibandung Makan Baso dengan Mangkok Kloset Tempat BAB :)) via @loungekaskus pic.twitter.com/n7FFaDCV
— Muhammad R. Febry (@ridwanfebry) September 25, 2012
*) Kenapa ada kotoran hitam di bibir gelas dalam foto? Efek optis.
3 Comments
Sama, Paman, saya lebih senang minum air putih pakai gelas beling, dan yang ukurannya gede. Kalau pakai mug porselen dan lain-lain itu kok rasa airnya lebih tawar, gitu.
O ya itu orang-orang yang bersedia membayar untuk makan dan minum dari wadah berupa kloset, oh, ndembik sangat mereka!
Belum tentu ndembik. Kadang orang ingin merasakan sensasi, sekadar mau tahu saja.
Sensasi bongso nggilani.🙈