Berbahagialah koruptor yang kurang tenar, dan tak aktif di media sosial, karena stok wajah mereka di internet terbatas.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Bekas bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti

Demikianlah. Kita sama-sama bosan dengan kabar korupsi. Tetapi kalau kita bosan, koruptor senang. Jumat kemarin dan Sabtu hari ini ada dua foto berita cokokan KPK.

Mereka tambah senang setelah pandemi. Ada alasan untuk bermasker. Nanti setelah pandemi menjadi endemi, mereka akan tetap bermasker meskipun misalnya protokol kesehatan kelak tak mewajibkan. Supaya wajahnya tetap tersarukan.

Maaf, saya tadi pesimistis. Kalau melihat para koruptor terdahulu, sebelum musim masker, mereka tampak percaya diri, tak punya malu, cengar-cengir, cengengesan, acung dua jari V, di depan kamera wartawan — terlepas dari faktor para pewarta foto memanggil namanya, atau menanya ini itu, agar wajah mereka kemotrèt. Lalu internet punya stok wajah para najis terkutuk itu.

Bendara Umum Partai Demokrat Balikpapan Nur Afifah

Berbahagialah koruptor yang kurang tenar, dan tak aktif di media sosial, karena stok wajah mereka di internet terbatas. Orang media akan kerepotan, lalu setiap media menampilkan foto yang sama, kurang jelas pula. Infografer dan ilustrator harus berakrobat.

2 thoughts on “Berita korupsi: Kita perlu tapi jemu, celakanya masker jadi penyaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *