Belum tua kok mulai pelupa, gimana ngatasinya?

Malas membaca, ogah menulis, tiada mitra bincang yang gayeng, tampaknya bisa mengikis ingatan.

▒ Lama baca < 1 menit

Willy Petromax seperti Marie Tegal. Mereka tak saling kenal, usia sebaya, sepuluh tahun di bawah Kamso, tapi mulai pelupa. Di depan Kamso, bertatap muka maupun via telepon, selalu ada “anu, apa itu namanya…”.

Kadang Kamso bisa membantu mengingat. Namun makin ke sini, Kamso mulai berusaha keras mengingat nama orang, merek, barang, gedung, tapi untung akhirnya bisa tersambung lagi koneksinya ke memori. Tak bisa spontan. Faktor U, kata Kamso.

“Tapi waktu seumur saya, Mas masih bagus memorinya. Saya sudah payah,” kata Willy.

Sedangkan Marie, dalam kesempatan lain bilang, “Apa karena aku nggak punya suami ya, lalu jadi pelupa? Hihihi…”

Kamso tak punya jawaban ilmiah, selain mengusulkan banyak membaca dan menulis, misalnya menulis dengan kalimat lengkap dalam WhatsApp. Untuk membaca tidak harus buku dan majalah, cukup dari situs apa saja yang nyaman dibaca di ponsel.

Jawaban mereka sama, tak telaten bergrup WA, dan sudah lama rehat dari Facebook. Baca berita yang ringkas saja, yang bahasanya mudah dicerna.

Bagaimana jika mengisi TTS di aplikasi ponsel? Jawaban beda waktu beda frekuensi pun serupiah seratus sen: tak suka TTS sejak muda.

Kalau TV dan YouTube? Mereka suka tapi merasa tak memperkuat ingatan.

Banyak ngobrol dengan pasangan untuk Willy, dan dengan pembantu atau tetangga untuk Marie? Jawabannya senada: tak ada topik yang bisa diobrolkan lama.

“Kalo saya punya pacar mungkin bisa menahan laju kepikunan ya, Mas?” tanya Willy.

“Mungkin. Asal dapat pacar yang belum pikun, Wil.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock

4 Comments

junianto Minggu 27 Maret 2022 ~ 08.01 Reply

BTW kalau lihat tayangan adegan dalam film Barat, tentang pria yang belum sepuh banget tapi tidak ingat anak atau istrinya gara-gara pikun, aduh kadang saya jadi ngeri juga, Paman….

Pemilik Blog Minggu 27 Maret 2022 ~ 09.20 Reply

Mudah lupa belum tentu karena amnesia. Tapi amnesia bisa disebabkan oleh cedera, penyakit, obat, dan stres.
Saya membayangkan sisa serdadu Jepang yang ditemukan di Morotai, tiga puluh tahun setelah perang usai, tapi dia tidak tahu, dan hidup sendiri, bersembunyi dalam hutan, itu bagaimana kemampuan berbahasanya dan daya ingat terhadap dunia lama dia karena tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lain.

Namanya Nakamura. Orang Taiwan yang jadi serdadu Jepang dalam PD II.

junianto Minggu 27 Maret 2022 ~ 09.27 Reply

Benar, kisah Nakamura saya pernah baca, sekian tahun silam.

Pemilik Blog Minggu 27 Maret 2022 ~ 10.56

Berarti ingatan Lik Jun masih bagus 🙏👍🍓

Tinggalkan Balasan