Saya tak tahu, kalender meja salah satu direktorat jenderal sebuah kementerian ini untuk internal atau eksternal. Ada gambar pose sekelompok orang tertawa riang. Itu di lembar bulan Juni.
Belum pernah saya menjumpai kalender dinas dari instansi pemerintah dengan foto seperti itu. Kalau foto upacara, seminar, dan sejenisnya, pokoknya acara resmi, bahkan acara olahraga, dalam kalender sudah lumrah.
Lalu saya buka lembar September, siapa tahu juga ceria seperti lagu Vina Panduwinata. Ternyata tidak. Apalagi berisi wajah-wajah di balik masker. Mungkin ekspresi riang mereka tersarukan tabir hidung dan mulut.
Lalu apa menariknya kalender ini? Ada empat hal. Pertama: karena ini produk resmi pasti menggunakan uang negara karena sudah dianggarkan.
Kedua: misalnya untuk internal, dicetak terbatas, zaman sekarang bukan masalah karena ada cetak digital, printing on demand, tak seperti cetak offset zaman dulu.
Ketiga: media cetak masih menjadi bagian dari praktik kehumasan internal maupun eksternal untuk mengomunikasikan keberadaan lembaga demi citra baik plus esprit de corps.
Keempat: pilihan kalender meja adalah tepat karena hemat tempat. Zaman sekarang orang merasa sayang memaku tembok beton.
Untuk poin ketiga, yakni media cetak, hampir setiap instansi punya buletin. Isinya artikel dan warta internal. Untuk artikel, bisa bertopik kedinasan dan profesi, tetapi bisa juga artikel kesehatan padahal di media umum selalu ada, bahkan di Facebook dan WhatsApp juga berlimpah. Dalam artikel ada kalanya berisi soal rohani.
Sejauh saya berprasangka, tak pernah terukur tingkat keterbacaan buletin full color di kalangan korps. Bahkan misalnya menyasar keluarga besar, yakni keluarga karyawan, untuk memperluas jiwa korsa, kalau isinya soal dinas dan profesi kok malah menjadikan karyawan membawa pekerjaan ke rumah.
Saya pernah diminta mengisi lokakarya untuk sebuah direktorat kementerian dan sebuah badan pemerintah. Saya punya segepok tanya.
Misalnya… apakah semua karyawan membawa pulang buletin untuk dibaca? Apakah mereka menagih jika buletin tak kunjung terbit? Apakah mereka merespons setiap edisi? Apakah ada konten yang memancing keterlibatan, misalnya kuis berhadiah?
Jawaban pengelola buletin bisa Anda terka.
2 Comments
Buletinnya dibaca atau enggak, tiada yang peduli karena yang penting menghabiskan anggaran yang disediakan untuk penerbitannya.
Soalnya kalau anggaran tak terserap bisa jadi masalah