Saya suka camilan yang mengandung jahe. Kue bangket jahe, spekulas, enting jahe wijen batang dan gulung… Kenapa suka ya karena selera. Mungkin juga karena waktu saya bocah terkesan oleh bentuknya yang berupa burung.
Saya menyebutnya kue jahe emprit, tapi di lokapasar disebut kue jahe merpati. Tak apa, yang penting manuk. Sebetulnya saya berharap ada yang berbentuk ikan, tapi belum pernah mendapatkan. Kalau spekulas manuk saya pernah dapat. Bangket jahe yang banyak beredar tak jelas bentuknya. Mungkin itu burung yang sudah yang sudah terpiuh karena meletrek.
Meskipun suka serbajahe, ada hal yang kadang saya kurang sreg: terlalu manis. Tetapi masih mendingan kue serbajahe ketimbang serbuk jahe gula dalam saset yang manisnya berlebihan. Maka saya kurang suka jahe sasetan.
Kue jahe dan gingerbread sama nggak? Menurut Kumparan sih berbeda. Nah bangket jahe ini bagian dari paket berisi sumpia dan wajit. Suwun nggih.
4 Comments
Bagaimana dengan wedang jahe (yang bukan sasetan), Paman?
Di Solo populer di wedangan, selain teh (manis) krampul, adalah wedang jahe gepuk. Tapi ada juga bakul wedangan yang sediaannya bukan wedang jahe gepuk melainkan wedang jahe yang sudah diseduh dalam ceret.
Nah wedang jahe macam itu saya suka. Sebelum pandemi, kalau istri ada acara kadang bikin wedang jahe
Di angkringan depan kontrakan dulu, wedang-wedangnya selalu enak. Ternyata salah satu rahasianya adalah pemakaian gula semut sebagai bahan tambahan (masih menggunakan gula pasir juga) dalam segala minuman, termasuk untuk wedang jahe dan juga es jeruk.
Waaaaaaaaaa sipppp 🍎😇