Memang inilah yang mestinya dilakukan koran cetak mana pun. Kompas punya halaman gede, maka untuk berita Sirkuit Mandalika, NTB, hari ini (16/3/2022) dimuatlah infografik dua halaman.
Dari sisi pengerjaan, asal ada orangnya, dan perusahaan mampu-serta-mau menggaji, untuk topik semacam Mandalika saya berpengandaian tak sulit. Bahan sudah ada, rencana tayang bisa dibikin dua minggu sebelumnya bahkan lebih.
Artinya pengerjaan rancangan awal hingga eksekusi tata letak ada waktu. Saat terakhir sebelum tenggat tinggal pemutakhiran data. Kepala produksi tidak cenat-cenut karena ini bukan berita dadakan.
Begitulah, di atas kertas, itu pun dalam benak, kasus macam infografik ini bisa dibilang cincai — maksud saya tak hanya untuk topik Mandalika. Padahal urusannya tidak simpel, dan justru di luar masalah grafis.
Kini berapa koran cetak yang masih bertahan, dengan tiras berapa, apalagi koran daerah? Belum lagi ketersediaan SDM urusan visual di redaksi. Kelelahan awak redaksi belum tentu disambut dengan kenaikan penjualan eceran edisi berinfografik.
Dari sudut pragmatis, tentu masuk akal jika muncul pikiran, bisa saja sebuah koran kecil menyajikan infografik keren dua halaman di depan tembus belakang, bahkan tambah spread di dalam, asalkan ada yang menaja. Ada sponsor tunggal. Dengan nilai pembelian ruang sesuai rate card iklan.
Bukankah sekarang era media daring? Ya. Tetapi gaya konten kedua jenis media, yakni layar digital dan kertas, itu berbeda, sesuai karakteristik media. Di kertas tidak bisa interaktif, paling pol cuma bisa memberikan giringan ke konten digital dengan QR code, syukur jika sampai ke augmented reality. Tetapi ukuran fisik kertas yang lebih besar daripada layar ponsel memberikan keunggulan jelajah mata.
Memang sih, posting ini sejak awal bisa disanggah: siapa yang beli dan baca koran? Beli dan baca itu sebagai dua sisi dari sekeping koin.
4 Comments
Koran-koran Tribun dahulu lumayan mengedepankan infografik sesuai kemampuan personel masing-masing. Tapi enggak tahu sekarang, karena sudah hampir tiga tahun saya sama sekali tidak mengamati lagi.
Kerjaan infografik di koran cetaju, dan apalagi konten visual interaktif di media daring, itu berat. Lumrahnya sih dikerjakan oleh tim, kecuali ada hangabehi 🙏
Hangabehi = Paman zaman masih kerja dulu.
Saya lupa kepanjangannya, tapi intinya kabeh diayahi dewe — ya nulis konten/teks, ya bikin infografiknya, ya bikin desainnya, ya dst.
Masa lalu. Sebetulnya saya cuma tukang layout. Aset pakai bikinan pihak lain secara legal lalu saya olah sekadarnya.