Saya jarang makan ini tetapi ingat rasanya, suka pula, sayang tak kenal namanya. Lalu seorang pembaca blog ini mengirimkan sepaket camilan. Salah satunya berisi makanan manis terbalut kelobot. Matur suwun.
Makanan ini datang selesai kami sekeluarga berteleponan dengan kerabat di sebuah kota kecil di California. Dia bercerita setiap akhir pekan banyak masakan Indonesia dijual, bahkan kelepon pun ada. Saya membayangkan, apakah ada, nah ini namanya, wajit Cililin atau wajit Bandung? Emang ada kelobot dijual Amrik meskipun ada ladang jagung luas di kawasan pertanian?
Wajit Cililin nan manis ini nikmat disantap bersama teh pahit maupun kopi pahit. Dari Ayo Bandung, saya jadi tahu bahwa camilan ini punya sisi politis pada zaman kolonial. Hanya kaum menak yang boleh menikmati, kemudian pada 1916 Juwita, di Cililin, Bandung, Jabar, membuat penganan ini untuk khalayak luas.
Kata wajit, kata ahli waris, bermula dari nama Juwita. Kalau dalam bahasa Jawa sih namanya wajik.
4 Comments
Oh, baru tahu, ternyata kalau di Bandung namanya wajit. Iya, sebagai wong Jowo saya sih tahunya wajik.
Lha yes.
Wajiknya pun selain berwarna cokelat ada yang merah dan hijau.
Dulu waktu saya kecil, kalau diajak ke rumah orang punya gawe pasti ada wajik, juadah, dsb
BTW dulu di kantor saya ada kawan yang dikit-dikit bikin status “bahagia itu wajib”. Sering saya balas dengan komen begini : bahagia itu (makan) wajik.
😬😁
Kompak. Sama-sama aneh eh wagu bukan wagyu 🙈