Bayar tunai maupun nirtunai punya masalah. Paling enak itu kalau tidak usah bayar.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Nasi campur Kenanga Pondok Indah yang cash only

Pembayaran nirtunai atau nontunai itu sudah jamak, terutama dalam transaksi digital. Munculnya lokapasar, dan kemudian pandemi, menjadikan banyak warung melayani pembayaran melalui QR code, seperti ayam bakar dekat rumah saya dan angkringan tiga kilometer dari rumah saya. Mereka memanfaatkan fasilitas dalam layanan platform pesan antar.

Meskipun demikian, seperti di beberapa negeri maju, masih ada kedai laris dan resik, yang harga makanannya lebih mahal daripada warung tenda kali lima, yang tetap hanya menerima duit kontan. Saya tak tahu apakah Bubur Ayam Mangga Besar di Jakarta masih hanya mau kes keras ras ras. Dulu setiap kali ke sana, apalagi berombongan, pengudap harus siap uang tunai banyak.

Adapun di Nasi Campur Kenanga, Pondok Indah, tulisan Cash Only masih ada di meja kasir. Tapi sekarang ada tambahan layanan QR code untuk transfer BCA dari ponsel.

Ada plus minus dalam setiap cara pembayaran. Untuk tunai, bagi kedai, selain risiko uang palsu adalah soal uang kembalian. Maka seorang pria pegawai kedai di Solo, Jateng, yang sangat disayang dan dimanjakan Bu Bos, secara berkala mencari uang kecil untuk kembalian. Untuk koin dia tidak ke bank.

Sedangkan pembayaran nirtunai, jadi masalah bagi kedua belah pihak ketika sinyal sedang tiarap atau lantaran saldo tak cukup.

4 thoughts on “Karena tunai adalah raja

  1. Dahulu kala Bu Bos itu hanya mau pembayaran tunai krn duit bisa langsung digenggam. Dahulu alasan dia menolak diajak kerja sama GoFood dan GrabFood krn pembayaran nontunai, masuknya rekening sehari kemudian, selain alasan komisi 20 persen.

    Pandemi memaksa ibu bos menerima tawaran kerja sama GoFood dan GrabFood. Juga, menerima pembayaran nontunai dari pembeli via m-banking dan QR code — tetap ogah EDC.

    Untuk mengurusi bangsa m-banking, QR code dan sejenisnya tsb, pria ndembik bin aneh oknum pegawai kedai itulah pelakunya.

    Ah, mestinya ini bisa menjadi satu konten bagi pria pegawai kedai itu….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *