Kesan saya, makin ke sini kertas bungkus luar tempe lebih sering datang dari sekolah. Selain kantor, mungkin sekolah adalah lingkungan yang banyak menyerap kertas. Pagi tadi saya menyadari kegagapan saya selama ini. Soal kelas X.
Saya memang produk lawas. Sampai hari ini masih menyebut kelas satu, dua, dan tiga SMP serta SMA atau SMK. Saya sulit langsung mengonversi angka Arab maupun Romawi kelas SMP dan SMA tadi ke dalam kelas lanjutan pasca-SD.
Artinya saya harus meniti jembatan keledai, setelah kelas enam SD adalah tujuh dan seterusnya sampai dua belas.
Sampai kini saya heran, setamat SD itu sekolahnya beda, meskipun bisa satu kompleks, dan kepala sekolahnya pun masing-masing sekolah punya, kenapa harus urut sejak kelas satu sampai dua belas, seolah satu rangkaian gerbong?
2 Comments
Sampai hari ini saya juga masih menyebut kelas satu, dua, dan tiga SMP/SMA/SMK.
Mungkin baru akan biasa sebut kelas VII dst saat cucu2 saya nanti masuk SMP (sekarang kelas satu SD dan nol besar).
Oh ternyata saya tak sendirian 😁