Ya, sampai kini saya masih melanggani Kompas digital, termasuk e-paper, maupun kertas. Pagi ini edisi cetak datang sekitar pukul delapan kurang seperempat, saat saya sarungan di teras akan memulai baca Anak Bajang Mengayun Bulan versi layar non-e-paper dalam aplikasi di tablet, yang terbit pukul 06.46 — kalau versi kertas digital lebih dini.
Saya sempat menimbang, harus membaca yang versi mana. Akhirnya saya putuskan yang berupa kertas: ada sensasi arkais keresek-keresek koran baru yang masih gres, belum dibaca orang, sehingga lipatannya masih rapi.
Saya menikmati transisi dunia kertas ke dunia digital. Tetapi untuk buku kadang lebih nikmat yang kertas dengan segala kekurangannya.
8 Comments
Memang. Dari dulu. Maka jangan sering memuji blog ini maupun si empunya skoy.
Baiklah. 😂
buku, oh lama nian saya tidak membaca secara serius. Entah kenapa saya, sejak sekian tahun silam, kehilangan gairah membaca buku.
Pidihil saat usia SMA saya pelahap karya Budi Darma, Misbach Yusa Biran, Nugroho Notosusanto, Hamzad Rangkuti, dan seterusnya….
Saya sih bukan pembaca serius, makanya isi blog saya remeh temeh, kurang intelek kata teman saya 🙏
Berarti outtelek.🏃
Lihat header akun Blogombal.com di Twitter
siyap!
Sdh lihat bbrp kali, dulu, tapi lupa, dan barusan terpaksa lihat lagi.🙈
Ndembik!